TUGAS LAPANGAN PSIKOLOGI
ADVOKASI
PENANGGULANGAN TERJADINYA KEMALASAN
ANAK YANG BERAKIBAT TIDAK NAIK KELAS (FATAL)
Dosen
Pengampu : Widjanarko S.Psi, M.Si
TA. PSIKOLOGI ADVOKASI
Oleh :
CHOIRUL ALFA
NOOR ROHMAN
NIM. 2014-60-047
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2016
BAB I
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Berdasarkan
informasi dari orang tua dari si anak, dan melihat anaknya yang semakin hari
semakin malas belajar dan permasalahan penghafalanya semakain hari semakin menurun, dengan demikian perlu
bimbingan dan pengetahuan untuk si anak mengenai dalam hal mood dan pendidikan
bagi anak sebagai upaya pencegahan terjadinya ketidak naikan kelas pada sianak.
Dengan harapan para orang tua akan lebih mampu menghafal, memahami,
mendampingi, dan menangani anak terhadap penghafalan alfiah. Supaya si anak
mampu melanjutkan pembelajara dikelas selanjutnya.
B. TUJUAN
Untuk
memberi motifasi dan pengetahuan lebih dalam manfaat belajar yang rajin agar
tidak terjadi keterlambatan kelas.
C. MANFAAT
1.
Teoritis
Dapat
memberi masukan terhadap disiplin ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial
dan psikologi pendidikan, berkaitan dengan pendidikan bagi anak sebagai upaya
pencegahan dan terlambatnya sistem ilmu belajar pada anak
2.
Praktis
Memberikan
informasi kepada orang tua khususnya yang pernah mengalami pada anaknya, berkaitan
dengan pendidikan bagi anak usia remaja.
D. Tinjauan pustaka
·
Apa itu
motivasi
dorongan kehendak
yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan
tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti
"dorongan" atau rangsangan atau "daya penggerak" yang ada
dalam diri seseorang. Menurut Weiner
(1990) yang dikutip Elliot et al. (2000), motivasi didefenisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan
kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita
tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut
Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan
eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan
minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan
penghormatan. Motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak
(Sargent, dikutip oleh Howard, 1999) menyatakan bahwa motivasi merupakan dampak
dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya (Siagian, 2004
1. Akibat anak tidak naik kelas
Keputusan tidak naik kelas bagi
sekolah sungguh berat. Kalau sekedar mengacu pada aturan formal sudah benar.
Tetapi dari sisi kemanusiaan ada perasaan tidak terima. Siswa seperti
membuang-buang waktu satu tahun secara percuma. Apa boleh buat, keputusan harus
diambil. Apapun resikonya. Sebuah keputusan bagaimanapun tak akan bisa memuaskan
semua. Lebih-lebih sekarang ini, keputusan tidak naik kelas bukan sebuah
keputusan populer. Hampir semua sekolah demikian longgar memutuskan kenaikan
siswa. Beda dengan dulu ketika saya masih MI. Ada yang 2 hingga 3 kali tidak
naik di kelas yang sama dan berturut-turut dianggap sebagai “kenyataan biasa”
yang diterima oleh siswa atau orang tua. Sekarang beda. Keputusan tidak naik
kelas selalu mendapat reaksi dari orang tua. Dengan beragam respon, orang tua
seperti tidak terima anaknya tidak naik kelas.
2.
Bangkitkan
Motivasi Anak
Apapun alasannya, tidak naik kelas bisa berdampak psikologis pada anak. Karena itu, tegas Michiko, harus ditangani dengan cepat. Di antaranya adalah bekerjasama dengan guru bagaimana menangani siswanya yang tinggal kelas. Segeralah, ayah-ibu bertemu guru atau mencari tahu guru anak kelak di kelas lama dan membicarakan bagaimana mendekati si kecil.
Untuk ayah-ibu sendiri, Michiko menyarankan agar Anda segera berupaya menaikkan rasa percaya diri anak. Misalnya dengan mensupportnya, "Meskipun tidak naik kelas bukan berarti kamu bodoh. Kamu tak perlu malu, bukan kamu sendiri kan yang tidak naik kelas." atau "Duduk di kelas yang sama bisa membuatmu lebih menguasai pelajaranmu. Ayah dan ibu akan membantumu supaya kamu jadi yang terbaik, oke?"
Apapun alasannya, tidak naik kelas bisa berdampak psikologis pada anak. Karena itu, tegas Michiko, harus ditangani dengan cepat. Di antaranya adalah bekerjasama dengan guru bagaimana menangani siswanya yang tinggal kelas. Segeralah, ayah-ibu bertemu guru atau mencari tahu guru anak kelak di kelas lama dan membicarakan bagaimana mendekati si kecil.
Untuk ayah-ibu sendiri, Michiko menyarankan agar Anda segera berupaya menaikkan rasa percaya diri anak. Misalnya dengan mensupportnya, "Meskipun tidak naik kelas bukan berarti kamu bodoh. Kamu tak perlu malu, bukan kamu sendiri kan yang tidak naik kelas." atau "Duduk di kelas yang sama bisa membuatmu lebih menguasai pelajaranmu. Ayah dan ibu akan membantumu supaya kamu jadi yang terbaik, oke?"
3.
Ajarkan
Menerima Kenyataan
Anak, kata Michiko, juga harus diajarkan menerima kenyataan atas kekalahannya mengapa ia harus tinggal kelas. Dengan anak menyadari kesalahannya, orangtua akan lebih mudah memotivasinya. Namun, agar anak benar-benar menerima kenyataan, ayah-ibu perlu bersikap arif, misalnya, tidak membanding-bandingkan dengan kakak atau adiknya, atau dengan teman sebayanya. Membandingkan sama artinya dengan memojokkan yang dapat membuat konsep diri anak menjadi negatif, membuat anak terpukul, merasa tidak berguna, bahkan semakin malas belajar. "Bahkan mungkin, akibatnya, di kelas barunya yang sama, ia bisa menjadi trouble maker karena merasa orang lama," ujar Michiko.
Anak, kata Michiko, juga harus diajarkan menerima kenyataan atas kekalahannya mengapa ia harus tinggal kelas. Dengan anak menyadari kesalahannya, orangtua akan lebih mudah memotivasinya. Namun, agar anak benar-benar menerima kenyataan, ayah-ibu perlu bersikap arif, misalnya, tidak membanding-bandingkan dengan kakak atau adiknya, atau dengan teman sebayanya. Membandingkan sama artinya dengan memojokkan yang dapat membuat konsep diri anak menjadi negatif, membuat anak terpukul, merasa tidak berguna, bahkan semakin malas belajar. "Bahkan mungkin, akibatnya, di kelas barunya yang sama, ia bisa menjadi trouble maker karena merasa orang lama," ujar Michiko.
4.
Dukungan Seluruh Keluarga
Cara terbaik menangani anak tidak naik kelas menurut Michiko, anggota keluarga dikumpulkan dan diberitahu kalau ada anggota keluarga lain yang tidak naik kelas. Tetapi tegaskan bahwa tidak naik kelas ini, bukanlah aib keluarga. Karena itu, anggota keluarga yang lain hendaknya tidak mempermasalahkan hal tersebut. Tetapi harus bersama-sama merangkul anak dan memotivasinya agar tekun belajar. "Dengan demikian, anak tidak merasa tersisih, terpojokkan hingga terisolasi dari pergaulan,"
Cara terbaik menangani anak tidak naik kelas menurut Michiko, anggota keluarga dikumpulkan dan diberitahu kalau ada anggota keluarga lain yang tidak naik kelas. Tetapi tegaskan bahwa tidak naik kelas ini, bukanlah aib keluarga. Karena itu, anggota keluarga yang lain hendaknya tidak mempermasalahkan hal tersebut. Tetapi harus bersama-sama merangkul anak dan memotivasinya agar tekun belajar. "Dengan demikian, anak tidak merasa tersisih, terpojokkan hingga terisolasi dari pergaulan,"
·
Menanggulangi
anak supaya anak naik kelas
1.
Konsentrasi belajar di sekolah
adalah
konsentrasi ketika belajar di sekolah. Yang biasanya nggak pernah dengerin
guru, sekarang kamu harus mulai lebih memperhatikan guru ketika beliau sedang
mengajar. Ada baiknya untuk mencatat hal-hal penting ketika jam pelajaran berlangsung.
2.
Rajin belajar
Meskipun
kamu belajar dengan rajin di sekolah, kamu harus tetap belajar di rumah. Hal
ini untuk membiasakan kamu menguasai materi. Caranya mudah, cukup ulangi materi
apa aja yang dikasih di sekolah.
3.
Rajin ngerjain tugas
Kerjakan
juga PR yang diberikan guru untuk latihanSemakin cepat dan tepat kamu ngumpulin
tugas, itu semakin bagusnilai-nilai tugas juga bisa menaikkan nilai rapor kamu.
4.
Hormat sama guru
Hal
tersebut akan membuat kamu akrab sama guru sehingga nanti kamu akan dibantu ketika
mengalami kesulitan mengerjakan tugas.
5.
Peduli remidi
banyak
siswa yang males buat remidi. Hal ini yang akhirnya malah membuat nilai kamu
jadi makin jelek dan terpuruk. Oleh karena itu, sesaat ketika kamu divonis
remidi, segeralah minta remidi kepada guru yang bersangkutan.
6.
Hindari bolos
Semakin
sering bolos, kamu bukan hanya kehilangan materi pelajaran, kamu juga akan
dicap sebagai siswa pemalas sama guru kamu. Selain itu, penilaian kedisiplinan
kamu akan mempengaruhi nilai di rapor.
7. Tujuan Belajar
Diantara beberapa tujuan belajar adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan Hal
ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan
berfikir sebagai yang tidak bisa dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat
mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan
berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan ialah yang memiliki kecenderungan
lebih besar perkembanganya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peran guru
sebagai pengajar lebih menonjol.
b. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan.
Keterampilan itu memang dapat di didik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan.
c. Pembentukan sikap Dalam menumbuhkan
sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan
hati-hati dalam pendekatanya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan
motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri.
·
Penyebab anak tidak naik kelas
Menurut Ratih Pramanik, S.Psi, MM,
psikolog dari Personal Growth, “Hal ini mungkin saja terjadi. Dan, penyebabnya
bisa dibagi menjadi dua faktor, yakni faktor internal dan eksternal.”
Faktor internal berasal dari anak itu sendiri. Ia tidak mempunyai motivasi untuk belajar (malas belajar dan sekolah), stres, cemas, atau terlalu lelah (biasanya akibat terlalu banyak les atau kurang waktu bermain/refreshing!). Namun, mungkin juga ia memiliki kondisi atau kebutuhan khusus.
Misalnya, mengalami gangguan konsentrasi, seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Disorder (ADD). Atau, anak mengalami gangguan belajar, seperti kesulitan membaca dan mengeja (disleksia), ketidakmampuan mengekspresikan
ide melalui tulisan, ketidakmampuan berhitung, dll.
Lalu, ada faktor eksternal atau lingkungan, yang dibagi menjadi 2, yakni sekolah dan rumah. Bisa jadi, anak memang tidak cocok dengan metode belajar mengajar di sekolah. Beberapa anak perlu mempelajari dan menyerap informasi dengan cara melakukan/mempraktekkan sesuatu.
Faktor internal berasal dari anak itu sendiri. Ia tidak mempunyai motivasi untuk belajar (malas belajar dan sekolah), stres, cemas, atau terlalu lelah (biasanya akibat terlalu banyak les atau kurang waktu bermain/refreshing!). Namun, mungkin juga ia memiliki kondisi atau kebutuhan khusus.
Misalnya, mengalami gangguan konsentrasi, seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Disorder (ADD). Atau, anak mengalami gangguan belajar, seperti kesulitan membaca dan mengeja (disleksia), ketidakmampuan mengekspresikan
ide melalui tulisan, ketidakmampuan berhitung, dll.
Lalu, ada faktor eksternal atau lingkungan, yang dibagi menjadi 2, yakni sekolah dan rumah. Bisa jadi, anak memang tidak cocok dengan metode belajar mengajar di sekolah. Beberapa anak perlu mempelajari dan menyerap informasi dengan cara melakukan/mempraktekkan sesuatu.
·
Ciri – ciri anak mulai malas belajar
Anak- anak mempunyai jiwa yang masih labil. Anak- anak ini mengalami perubahan mood dengan cepat. Terkadang anak- anak akan merasa bersemangat, namun setelah itu anak- anak akan dengan cepat berubah moodnya menjadi malas. Sama ketika anak- anak belajar di sekolah. Terkadang anak- anak akan merasa sangat bersemangat ketika belajar bersama teman- temannya, namun terkadang anak- anak merasa malas untuk pergi ke sekolah dan akan menjadi penyebab anak sekolah menjadi malas belajar. Jika hal ini hanya terjadi dalam jangka waktu pendek, ini masih merupakan sesuatu yang wajar yang menimpa anak- anak. Namun yang perlu dikhawatirkan, ketika anak- anak merasa malas pergi ke sekolah dalam jangka waktu yang sedikit lama. Hal ini tentu akan mempengaruhi kondisi dan kemampuan otaknya. Orang tua harus lebih memperhatikan anak- anaknya ketika ia mulai malas dan tidak semangat pergi ke sekolah, terlebih dalam jangka waktu yang cukup lama.
Anak- anak mempunyai jiwa yang masih labil. Anak- anak ini mengalami perubahan mood dengan cepat. Terkadang anak- anak akan merasa bersemangat, namun setelah itu anak- anak akan dengan cepat berubah moodnya menjadi malas. Sama ketika anak- anak belajar di sekolah. Terkadang anak- anak akan merasa sangat bersemangat ketika belajar bersama teman- temannya, namun terkadang anak- anak merasa malas untuk pergi ke sekolah dan akan menjadi penyebab anak sekolah menjadi malas belajar. Jika hal ini hanya terjadi dalam jangka waktu pendek, ini masih merupakan sesuatu yang wajar yang menimpa anak- anak. Namun yang perlu dikhawatirkan, ketika anak- anak merasa malas pergi ke sekolah dalam jangka waktu yang sedikit lama. Hal ini tentu akan mempengaruhi kondisi dan kemampuan otaknya. Orang tua harus lebih memperhatikan anak- anaknya ketika ia mulai malas dan tidak semangat pergi ke sekolah, terlebih dalam jangka waktu yang cukup lama.
Kita perlu mengetahui apa saja yang menjadi
penyebab Anak Sekolah Menjadi Malas belajar. Tahukan Anda bahwa ada
beberapa hal yang menyebabkan anak- anak menjadi malas pergi ke sekolah,
diantaranya adalah:
1.
Beban
dari sekolah terlalu banyak
2.
Sistem
megajar yang tidak menarik dari guru
3.
Orientasi
anak tersebut bukan pada bidang akademis
4.
Ada
gangguan fisik
5.
Ada
masalah dengan teman atau lingkungan sekolah yang tidak mendukung
6.
Ada
masalah keluarga
7.
Tidak
ada tokoh yang menjadi panutan
8. Terlalu banyak fasilitas yang didapatkan
·
Hal- hal Menarik yang Mendorong Anak untuk Semangat
Belajar Kembali
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mendorong anak- anak agar
semangat pergi dan belajar.
1.
Orang Tua/Guru dapat
mengajarkan kepada anak untuk semangat belajar, dengan instruksi seperti:
a. Nak belajar yang rajin yah nanti
kalo mendapat rangking 1,2,3 sampai 5 besar ayah kasih hadiah
b. Nak jangan lupa prnya ya nak di
kerjain besok kalo belum nanti di marahin sama gurunya.
c. Anak anak hayoh ini guru kasih
pekerjaan rumah, nanti dikerjakan ya, besok dikumpulin sama ibu / bpk duru,
kerjakan yang rajin ya anak anak.
d. Nak nanti kalo sudah selesai
ujiannya ibu dikasih gtau ya hasilnya.
Pihak orang tua: tanggung
jawab, perhatian dan suasana nyaman.
a) Orang
tua wajib mendapatkan informasi kesehatan reproduksi secara tepat, benar, dan
sesuai tahapan anak.
Contoh
Komunikasi Terbuka secara Konsisten :
“Dek,
kalau ada kesulitan di sekolah bilang sama ibu ayah ya, nanti ibu ayah bantuin,
sini dek belajar, ibu ayah temenin belajarnya , bilang ya sama ibu atau ayahkalau
grunya atau sekolahan ataupun lingkunganya kurang nyaman.. Apaaa aja boleh
bilang.. Ya.. OK? “ Perilaku salah satunya terbentuk dari “kebiasaan” dan
“pembiasaan yang diajarkan”
Apa
yang diajarkan secara konsisten oleh orang tua kepada anak, akan membantu anak
dalam pembenatukan perilakunya baik positif maupun negatif.
b) Berikut
ini contoh-contoh pembentukan kebiasan yang dapat dilakukan oleh orang tua
dalam upaya mengajarkan anak agar dapat menjaga dirinya :
v
Komitmen dari ayah dan ibu dalam mengajarkan anak mengenai pentingnya tindak
tanduk dalam menyikapi pendidikan yang kurang memadai.
v
Konsisten dalam upaya menanamkan nilai-nilai atau pembiasan bagi anak untuk membiasakan
lingkungan sekolah dan teman teman.
v
Konsisten dalam memberikan rasa nyaman dan anak dalam bentuk komunikasi
terbuka.
BAB II
KERANGKA KERJA ANALISIS MASALAH
MASALAH
|
AKIBAT
|
PENYEBAB
|
SOLUSI
|
Minimnya pengetahuan
orang tua terhadap pendidikan pada anak.
Mengikuti trend masa kini yang
mengarah ke masa sekarang.
|
Tidak adanya
pendekatan untuk membimbing anak dalam memberi pendidikan dan arahan yang
baik mengenai metode pembelajaran pada anak. Kebebasan dan kepribadian buruk
yang menjadikan anak berperilaku semaunya, hingga menyimpang.
|
Pola asuh orang tua,
kurangnya pemberizn pembimbingan pendidikan pada anak, lingkungan yang bebas
atau kurang terkontrol.
|
Menanamkan pendidikan
bagi anak sebagai upaya pencegahan masuknya jalur negatif dari luar.
|
BAB III
IV. MEDIA ADVOKASI
1. parsel sembako
2. Sepatu untuk si subjek
BAB IV
ADVOKASI
Pada hari Kamis tanggal 19 Desember 2016 telah dilaksanakan kegiatan
penyuluhan parenting kepada keluarga bpk rouf Rt 006/001 undaan tengah Kudus
tentang PENANGGULANGAN
TERJADINYA KEMALASAN ANAK YANG BERAKIBAT TIDAK NAIK KELAS
Acara dimulai dari pukul 19.00 WIB sampai
19.30 WIB, dengan dihadiri ibu
sulasehsaja dan anak pertamnya yang bernama rieza anak semester satu yang
menjadi mahasiswa di universitas di kudus. Acara terdiri dari pembukaan dan
pemberitahuan kegiatan yang saya lakukan terhadap subjek yang bernama nadi anak
kedua dr keluarga bpk rouf. Disambung dengan penyuluhan tentang Pendidikan bagi
subjek sebagai upaya pencegahan terjadinya
penurunan nilai, kemalasan berkelanjutan, tertinggalnya klas pada anak kepada
keluarga bpk rouf, pemateri yaitu Bapak ikhlas prasoja S.E. selaku kepala desa
undaan tengah Kurang lebih selama 15 menit beliau memaparkan materi yang mengangkat
tentang Pendidikan masa sekarang bagi anak sebagai upaya pencegahan terjadinya
hal negatif pada anak.
Ibu dan anak pertama dari keluarga bpk
rouf terlihat antusias mendengarkan informasi yang diberikan oleh pemateri.
Setelah memaparkan materi dilanjutkan dengan Tanya- Jawab termasuk Screening
kasus. Kemudian pemberian kenang-kenangan kepada keluarga bpk rouf dilanjutkan
istirahat, kemudian acara terakhir penutup.
BAB V
MENILAI DAMPAK ADVOKASI
1. DIMENSI
Menyampaikan
pengetahuan berkaitan dengan pendidikan sekarang sama pd jaman dulu bagi anak
sebagai upaya pencegahan terjadinya masuknya hal negatif kepada anak kepada keluarga
bpk rouf Rt006/001 undaan tengah Kudus.
2. TUJUAN
Memberi
pengetahuan orang tua tentang pendidikan
pada anak sebagai upaya pencegahan masuknya hal tidak di inginkan pada
anak.
3. HASIL
Memberikan
wawasan terkait pendidikan pada anak. Membuka pola pikir untuk mendidik anak
terhadap ancaman lingkungan. Orang tua lebih faham dengan kasus yang terjadi
dan menjadikan orang tua berani mengambil keputusan untuk pengobatan dari kasus
yang dialami oleh anaknya.
4. SARANA
VERIFIKASI
keluarga
bpk rouf Rt006/001 undaan tengah Kudus.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
kemampuan anak dan dapat membuat
kombinasi baru, sebagaimana kemampuan
untuk respon anak agar
giat belajar, serta merangsang anak agar berfikir.
Mengingat pentingnya
meningkatkan hasil belajar peserta didik tersebut,
maka di rumah maupun
disekolah perlu disusun suatu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan
kreatifitas berfikir kritis peserta didik sehingga dalam proses
belajar mengajar lebih
hidup dan bermakna dan dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
Model pembelajaran
advokasi merupakan model pembelajaran alternatif
untuk meningkatkan
proses belajar peserta didik yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik
utuk menjadi advokat dari suatu pendapat tertentu yang
bertalian dengan topik
yang tersedia. Peserta didik menggunakan keterampilan
riset, keterampilan
analisis, dan keterampilan berbicara dan juga mendengar,
sebagaimana mereka
berpartisipasi dalam kelas pengalaman advokasi. Dan
peseta didik
dihadapkan dengan isu-isu kontroversial dan harus mengembangkan
suatu kasus untuk
mendukung pendapat mereka di dalam perangkat untuk tujuantujuan
khusus. Hal ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran advokasi adalah
model pembelajar yang
mana mengajak kepada peserta didik turut aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
sehingga diharapkan dengan menggunakan metode
advokasi dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik
DAFTAR PUSTAKA
Repository.usu.ac.id//
pantauanak.com
No comments:
Post a Comment
komunikasi
email: choirulalfa77@gmail.com