Pengertian Kemampuan
Kemampuan biasa disebut
ability adalah kapasitas seseorang dalam melakukan beragam tugas dalam satu
pekerjaan. Kemampuan pada dasarnya terbagi kedalam kemampuan mental dan fisik ,
dalam Robin (2007).
Kemampuan mental terdiri
atas kemampuan intelektual kemampuan inntelektual ini ada yang bersifat
universal atau disebut intelegensi nantinya ada tes yang bertujuan untuk
mengukur kemampuan secara umum dan ada yang bersifat khusus hanya dimiliki
individu tertentu yang nantinya mnghasilkan tes bakat (tes yang digunakan untuk
mengukur kemampuan spesifik dari individu).
Kemampuan intelektual
dalam Robins (2007) adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk berbaagai aktivitas
mental seperti berfikir , menalar, dan memecahkan masalah. Individu yang
memperoleh skor tinggi pada tes kemampuan intelektual ini dipengaruhi oleh
beberapa alasan contohnya yang dipengaruhi lingkungan karena tingkat
pendidikannya, dan faktor genetis. Individu yang memiliki skor rendah pada tes
kemampuan mental pun memiliki faktor-faktor penyebab. Seperti dijelaskan pada
posting sebelumnya bahwa tes kemampuan mental ini awalnya digunakan untuk
mendiagnosa yang mengalami kelainan mental.
Namun seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan yang melahikan pemikiran-pemikiran dan dialektika
baru tes kemampuan mental ini dapat digunakan untuk keperluan lain selain
diagnosa, contohnya tes recruitment perusahaan dibuat untuk meramalkan individu
saat ini dan kedepannya dan tes-tes lainnya.
Beberapa Tes Kemampuan
Mental yang Sudah dikembangkan
1. Tes
Intelegensi
a. Weschler
Test
Tes Weschler yang terbagi
dalam dua yaitu WAIS dan WIST à tes WAIS-T (Weschler Adult
Intelligence scale-Revised) atau tes intelegensi untuk remaja dan orang dewas,
dan WISC-R (Weschler Intelligence Test for Chlidren- revised) ditujukan untuk
anak usia 6 – 16 tahun (Weschler;1981 dalam adolscene, 2003). WAIS dan WIST
memberikan skor keseluruhan atau Full Scale maupun skor-skor indeks spesifik
yang dapat diukur dengan berbagai kombinasi sub tes.
Beberapa kontroversi
sempat lahir pada saat pengembangan tes intelegensi berkisar mengenai tuduhan
pelabelan individu tuduhan pembelaan individu dan bias kultural, Bartolomewv
(2006) dalam Gorth Marnat (2007). Salah satu kelebihan tes intelegensi adalah
sebegai prediktor perilaku dan kemampuan mental dimasa mendatang. Seperti yang
dilakukan Binnet saat menempatkan anak yang harus sekolah ke sekolah khusus dan
sekolah umum. Kelebihan dari tes Weschler ini adalah memebrikan info akurat
tentang kelemahan kognitif seseorang. Selain karena Wescler ini memang tes
individual dimana tes yang hanya difokuskan untuk individu saja yang
kelebihannya adalah memberikan konteks terstruktur kepada examiner yang dapat
menggunakan berbagai tugas untuk observasi unik dan personal yang digunakan
examiner dalam mendekati tugas-tugas kognitif.
Skala Ingatan Weschler
(Weschler Memory Scale)
Skala ingatan yang
diadministrasikan secara individual, dirancang untuk memungkinkan pemakainya
lebih memahami individu. Keempat devinisi tentang skala ingatan weschler ini
menunjukan kemajuan di bidang pemahaman teoritis tentang ingatan. Weschler
Memoric Scale yang asli merefleksikan konseptualisasi non spesifik awal tentang
ingatan, Weschler; 1945 dalam GorthMarnat (2009). Skala ini terdiri atas
prosedur pendek tentang ingatan untuk urutan angka, mengingat cerita desain
visual sederhana, dan pemasangan kata. Prosedur-prosedur awal WMS dapat dibagi
secara logis menjadi tugas visual spasial, dan auditorik tapi dalam peng skoran
keseluruhan adalah memory quotient seperti pada skor akhir tes IQ. Sub tes ini
adalah Auditory memory (Logical memory, Verbal paired Acosiates), Immadiate
memory, Delayed Memory, Visual Memory.
Berikut pemaparan diatas
adalah mengenai pengukuran dan alat ukur kemampuan mental yang termasuk dalam
kemampuan intelektual.
2. Cognitive
Ability tes à untuk pengukuran assesment kognitif menghasilkan sub
skor verbal, kuantitatif dan non verbal. Cogat sering digunakan dalam tes
bakat.
3. Summary
of K-12 Group
SAT dan MAT untuk
pengukuran prestasi.
4. Kraeplin
Test atau Pauli
Dikembangkan oleh
psikolog bernama Emil Kraeplin. Kraeplin pada mula-nya menciptakan alat tes
yang digunakan sebagai alat tes untuk diagnosiss gangguan dementia dan
alzheimer. Selanjutnya 1938 Dr. Richard Pauli beersama Wilhelm Arnold dan prof
Dr. Vanmenthod memperbaharui tes Kraeplin ini sehingga dapat digunakan untuk
mendapatkan data kepribadian. Tes ini dikenal dengan istilah Pauli-Kraeplin
yang terdiri dari beberapa aspek seperti:
- Aspek
keuletan (daya tahan)
- Aspek
kemauan atau kehendak individu
- Aspek
emosi
- Penyesuaian
diiri
- Stabilitas
diri
Dalam tes ini subjek
hanya diminta untuk meengerjakan hitungan sederhana yaitu menjumlahkan deretan
angka-angka. Namun yang jadi masalah adalah urutan angka-angka yang banyak.
Banyak kesalahan yang kita buat menunjukkan kita termasuk orang yang tidak
teliti dan tidak cermat, tidak hati-hati dan kurang memiliki daya tahan cukup
terhadap stres atau tekanan pekerjaan (dalam buku Rahasia Psikotes, 2009).
Kesimpulan berdasarkan
pemaparan dari jenis tes dan pengertian tes kemampuan mental ini menunjukkan
pengembangan yang signifikan, pengembangan ini dilahirkan dari kritis yang
merasa tidak cukup. Mereka tidak puas hanya dengan penjelasan yang dimunculkan
oleh satu orang saja yang berkembang saat itu makanya mereka berdialektika
dengan pendapat yang ada saat itu sampai menghasilkan sesuatu yangg orisinil
dan baru, lalu kita ? tetap pengguna. Hehehe
Bagai pertanyaan retorika
, pertanyaan itu setiap harinya selalu muncul di benakku dan tidak mendapat
jawaban, karena aku tidak tau yang harus dilakukan apa.
Baiklah untuk kesimpulan
resume materi ini saya merasa bahwa tes kemampuan mental ini dikembangkan pada
awalnya yang hanya untuk mengetahui seseorang tergolong mengalami gangguan atau
tidak menjadi banyak lagi tes-tes yang berkembang berdasarkan beberapa teori.
Tes ini berkembang guna memenuhi kebutuhan asassement pada manusia juga yang
seiring waktu berkembang, tidak bisa kalau tidak di upgrade kalau manusianya
saja sudah serba canggih masa tes nya tidak di upgrade. Asumsi kedua yang saya
dapat setelah meresume materi ini adaalah tidak ada suatu tes yang lahir tanpa
adanya teori dan pemikiran seseorang terhadap teori tersebut seperti weschler
yang gunakan kerangka spearman dan lainnya.
Tes Kemampuan Mental
Inteligensi adalah salah satu kemampuan
mental,pikiran atau intelektual manusia. Inteligensi merupakan bagian dari
proses-proses kognitif pada urutan yang lebih tinggi. Secara umum inteligensi
biasa disebut dengan kecerdasan. Kemampuan mental bisa diartikan sebagai:
1. Intelegen umum, dimana
tidak mencakup bakat seseorang
2. Kemampuan yang meliputi
baik intelegensi umum maupun bakat dalam bidang numeric, spasial, dan
sebagainya
Ahli-ahli psikologi memusatkan perhatian pada
masalah perilaku inteligensi itu sendiri daripada membuat batasan apa itu
inteligensi. Ini karena anggapan bahwa inteligensi merupakan status mental yang
tidak memerlukan definisi, sedangkan perilaku inteligensi lebih konkrit batasan
dan ciri-cirinya sehingga lebih bermanfaat untuk dipelajari (Azwar,2004).
Galton seorang ahli psikologi, menyatakan bahwa ada dua karakteristik yang
hanya dimiliki oleh orang-orang berinteligensi tinggi yang membedakan dari
orang-orang berinteligensi rendah, yaitu energy/kemampuan untuk bekerja dan
kepekaan terhadap stimulus fisik. Definisi Galton ini merupakan pendekatan
berciri psikofisik. Sementara itu, Alfred Binet (1857-1911) tokoh utama
perintis pengukuran inteligensi, bersama theodore Simon mendefinisikan
inteligensi dengan tiga komponen, yaitu:
1. Kemampuan untuk
mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan
2. Kemampuan untuk mengubah
arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan
3. Kemampuan mengkritik
diri sendiri atau autocriticsm.
Kemampuan paham dalam psikologi selanjutnya
menggeser pandangan yang bersifat fisikal seperti itu kearah pandangan yang
lebih bersifat mentalis.
THURSTONE ( LOUIS LEON THURSTONE)
Thurstone adalah seorang psikolog Amerika yang
lahir di Chicago pada 29 Mei 1887 dan meninggal di Chapel Hill pada tanggal 29
September 1955. Ia mendapatkan pendidikan teknik listrik di Universitas Cornel
University dan tahun 1914 ia menjalani pendidikan psikologinya di Universitas
Chicago danCarnegie Institute of Technology. Karena berlatar belakang
pendidikan teknik, maka ia menjadi ahli dalam bidang psikometri. Ia menjadi
professor madya pada tahun 1927 di Chicago. Thurstone paling terkenal dengan
karya kepeloporannya dibidang perkembangan tes inteligensi, lewat penggunaananalisis
faktor jamak. Thurstone berinisiatif mendirikan laboratorium psikometri,
mendirikan Psychometric Society dan menerbitkan jurnal
psikometrik. Pada tahun 1936 , ia menjadi presiden dari Psychometric Society
dan sebelumnya menjadi presiden dari American Psychological Associationpada
tahun 1932.
Publikasinya yang penting dimulai dengan The
Nature of Intelligent(1924) dan diakhiri dengan Multiple Factor
Analysis (1924) yang mencerminkan minatnya dalam pengembangan suatu
pendekatan kuantitatif terhadap penyelidikan mengenai kemampuan mental.
Publikasi lainnya yang terpenting termasuk Measurement of
Attitude (1929). Primary Mental Abilities (1938)
dengan Thelma Gwynne Thurstone yang adalah istrinya dan kolega profesionalnya
dan selaku kawan penulisnya dalam Factorial Studies of
Intelligence (1941). Dia juga memberikan saham berupa banyak artikel
kepada publikasi-publikasi teknis. Thurstone diakui juga dalam karya awalnya
tentang konstruksi skala sikap, perkembangan kurva belajar rasional dan hukum
mengenai pertimbangan komparatif dalam psikofisika.
Thurstone terkenal dengaan teorinya yang disebut Theory
of primary mental abilities. Teori kemampuan mental ini berdasarkan
penemuannya mengenai interrelasi di antara tes-tes kemampuan, yang menggunakan
teknik analisis faktor jamak (technique of multiple factor analysis).
Thurstone menemukan bahwa semua tes yang
berkorelasi secara positif akan menunjukkan didalamnya pasti terdapat satu
faktor atau beberapa faktor yang sama/bersamaan diantara faktor-faktor tadi.
Analisis faktor dari tes-tes yang diberikan kepada sejumlah besar individu
menunjukan bahwa didalamnya paling sedikit terdapat tujuh kemampuan primer,
antara lain:
1. Kemampuan verbal (V)
: kemampuan untuk memahami dan menggunakan konsep-konsep verbal secara efektif.
2. Bilangan (Number:N)
: kemampuan untuk menyelesaikan operasi hitungan secara cepat dan benar
3. Kemampuan spatial atau
yang berhubungan dengan ruang/tempat (S) : kemampuan untuk menangkap dan
menguraikan objek dalam ruang, dan menggunakan relasi spatial
4. Perceptual (P) : kemampuan untuk mengidentifikasikan objek dengan cepat dan
cermat
5. ingatan (memory: M)
: kemampuan untuk belajar dan menyimpan informasi
6. pemikiran dan
pertimbangan (Reasoning: R) : kemampuan untuk menerima dan
menggunakan relasi abstrak didalam pemecahan masalah
7. kefasihan kata (Word
Fluncy: WF) : kemampuan memikirkan kata dengan tepat
Penemuan Thurston tersebut berlawanan dengan
posisi yang diambil oleh Binet, yang menganggap inteligensi sebagai satu
kesatuan kemampuan , dan telah mengukurnya dengan satu tes yang menghasilkan
satu skor tunggal atau menghasilkan IQ. Thurstone lebih menyukai penggunaan
sejumlah tes yang secara khusus dipolakan untuk menilai kedudukan individual
pada berbagai tipe khusus tes mental. Ia menggunakan penilaian persentail untuk
merefleksikan kedudukan individual pada tiap tes kemampuan primer tadi.
Referensi:
Sarwono W, Sarlito., berkenalan dengan
aliran-aliran dan tokoh-tokoh psikologi, PT Bulan Bintang,
Jakarta 2000
Kemampuan mental (Mental
Ability) adalah istilah yang masih sering digunakan untuk beberapa pengertian
yang tidak sepenuhnya sama. Kemampuan mental biasa diartikan sebagai:
1. Intelegensi umum, dimana tidak mencakup bakat
seseorang
2. Kemampuan yang meliputi baik intelegensi umum
maupun bakat dalam bidang numeric, spasial dan sebagainya.
Sorenson(1977) intelegensi
adalah kemampuan untuk berpikir abstrak, belajar merespon dan kemampuan untuk
beradaptasi dengan lingkungan.
Menurut David Wechsler, intelegensi adalah
kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional.Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan
nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
inteligensi :
1) Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa
korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2
anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti
lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 –
0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 – 0,20 dengan ayah dan
ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara
terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka
tidak pernah saling kenal.
2) Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang
pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan
perubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari
otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain
gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan
juga memegang peranan yang amat penting.
Prestasi seseorang ditentukan
juga oleh tingkat kecerdasannya (Inteligensi). Walaupun mereka memiliki
dorongan yang kuat untuk berprestasi dan orang tuanya memberi kesempatan
seluas-luasnya untuk meningkatkan prestasinya, tetapi kecerdasan mereka yang
terbatas tidak memungkinkannya untuk mencapai keunggulan. Tingkat Kecerdasan
Tingkat kecerdasan (Intelegensi) bawaan ditentukan baik oleh bakat bawaan
(berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun oleh faktor
lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh
seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan mempunyai dampak kuat
terhadap kecerdasan seseorang). Secara umum intelegensi dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. kemampuan
untuk berpikir abstrak
2. Kemampuan untuk menangkap hubungan-hubungan
3. Kemampuan menyesuaikan
diri terhadap situasi-situasi baru
Louis Leon
Thurstone
Thurstone
terkenal dengan teorinya yang disebutTheory of Primary Mental Abilities
(Teori Kemampuan Metal Primer). Teori ini berdasarkan pada
penemuannya mengenai interelasi di antara tes-tes kemampuan yang menggunakan
teknis analisis faktor jamak. Ia menemukan bahwa semua tes berkorelasi secara
positif akan menunjukkan pasti terdapat satu faktor atau beberapa faktor yang
sama di antara faktor-faktor tadi. Analisis faktor dari tes-tes yang diberikan
kepada sejumlah individu menunjukkan bahwa di dalamnya paling sedikit terdapat
tujuh kemampuan mental primer,anatara lain:
1. Kemampuan verbal
Kemampuan
untuk memahami dan menggunakan konsep-konsep verbal secara efektif
2. Bilangan (Number)
Kemampuan
untuk menyelesaikan hitungan secara cepat dan benar
3. Kemampuan spatial
Kemampuan
untuk menangkap dan menguraikan objek dalam ruang
4. Perseptual
Kemampuan
untuk mengidentifikasi objek dengan cepat dan cermat
5. Ingatan
kemampuan
untuk belajar dan menyimpan informasi
6. Pemikiran dan Pertimbangan
Kemampuan
untuk menerima dan menggunakan relasi abstrak di dalam pemecahan masalah
7. Kefasihan kata
Kemampuan memikirkan
kata dengan tepat
Penemuan Thurstone berlawanan dengan Binet yang menganggap intelegensi sebagai
suatu kesatuan kemampuan dan telah mengukurnya dengan satu tes yang
menghasilkan satuskor tunggal atau menghasilkan IQ.
No comments:
Post a Comment
komunikasi
email: choirulalfa77@gmail.com