Apa yang anda butuhkan sobat

Sunday, March 10, 2019

TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS

TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS

Dosen Pengampu:
Fajar kawuryan, S.psi, M.psi
RR. Dwi Astuti, S.psi, Msi

                                         






                                                      

 




FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
TAHUN AJARAN 2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah psikologi klinis.
Terimakasih kami ucapkan kepada orangtua kami yang tanpa pamrih telah memenuhi kebutuhan kami selama ini dari kecil sampai menjadi seorang mahasiswa, secara moral maupun materil.
Terimakasih untuk bu Fajar kawuryan, S.psi, M.psi dan bu RR. Dwi Astuti, S.psi, Msi sebagai dosen pengampu mata kuliah Psikologi Klinis, atas bimbingan yang beliau berikan kepada kami selama proses pembuatan makalah.
Terimakasih pula kami ucapkan kepada sahabat-sahabat kami yang dalam hal ini juga memegang andil dalam proses pembuatan makalah. Berdiskusi dalam memecahkan masalah yang kami dapat serta memberikan semangat kepada kami untuk menyelesaikan makalah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sekaligus dapat menjadi inspirasi bagi pembaca semua.


                                                                                    Kudus, 26 Desember 2015
                                                                                               

                                                                                                             Penulis







BAB I
IDENTITAS

A.    Subjek

Nama                           : N F
Jenis kelamin               : Perempuan
Tempat, tgl lahir          : Jepara, 13 Mei 1989
Umur                           : 26 tahun
Berat badan                 : ±54 kg
Anak ke                       : 3 dari 6 saudara
Agama                         : Islam
Pekerjaan                     : Pegawai
Alamat                         : Ds. Robayan Kecamatan Kalinyamat kabupaten jepara
       
B.     Keluarga

Nama
L/P
Pendidikan
Keterangan
Umur
Pekerjaan
S
L
SMA
Ayah Kandung
59
Wiraswasta
K
P
SMA
Ibu Kandung
52
Wiraswasta
ZA
L
S1
Kakak Kandung
32
Guru
NS
P
SMA
Kakak Kadung
30
Wiraswasta
MAR
P
SMA
Adik Kandung
19
Mahasiswa
NNL
P
SMA
Adik Kandung
17
Siswa
NNA
P
MI
Adik Kandung
9
Siswa



C.    Genogram



Keterangan
a.     Gambar kotak             : Laki-laki
b.    Gambar bulat              : Perempuan
c.     Gambar bulat arsir      : Subyek














BAB II
AGENDA KEGIATAN

TANGGAL
KEGIATAN
TEMPAT
13-12-2015
Observasi
Rumah subyek
13-12-2015
Observasi allowanamnesa orang tua : ayah dan ibu
Rumah subyek
15-12-2015
Observasi allowanamnesa teman subjek
Wawancara teman subyek di warung kopi
























BAB III
KELUHAN SUBJEK

Subyek sangat ketakutan bila melihat ular meski hanya sekedar gambar ataupun foto. Menurut penuturan subyek semua berawal ketika subyek masih duduk di bangku MTs tepatnya kelas  2. Saat itu subyek baru selesai istirahat dan akan masuk kelas. Namun, salah seorang teman laki-laki yang menyukai subyek melemparkan ular yang sudah mati dan masih darahnya kepangkuan subyek.
Setelah kejadian di MTs itu subyek menjadi sangat takut dengan ular (dalam bentuk apapun). Pernah subyek menonton televisi dan chanelnya dipindah bapak subyek di acara yang memperlihatkan binatang. Ketika itu binatangnya adalah ular, sontak subyek menjerit dan menutupi matanya dengan bantal, untuk beberapa saat kemudian subyek lari menghindar. Sewaktu itu bapak subyek kebigungan dengan tingkah laku subyek dan langsung menghampiri subyek lalu menanyakan apa yang terjadi. Lalu subyek bercerita kepada bapaknya tentang peristiwa tersebut.
Pernah juga handphone subyek rusak akibat gambar ular. Waktu itu ada pemberitahuan pesan BBM masuk, lalu subyek membuka pesan BBM itu. Namun, alangkah terkejutnya subyek ketika melihat gambar ular dari pesan BBM di handphone-nya, spontan subyek menjerit dan melampar handphone-nya.
Menurut penuturan subyek sebelum kejadian di MTs itu subyek sudah takut kalau melihat ular sungguhan namun masih dalam taraf yang wajar, tidak seperti setelah kejadian di MTs waktu itu.
                                                













BAB IV
HASIL PENGUMPULAN DATA

A.    Observasi
1.      Observasi penampilan fisik
Subyek adalah seorang wanita cantik dengan wajah babyface, tinggi ±155 cm dengan berat badan ±54, kulit kuning langsat.
2.      Observasi saat wawancara
Karena kami telah saling mengenal dengan baik maka wawancara berjalan dengan lancar. Subyek menjawab pertanyaan saya dengan baik dan obrolan kami mengalir.
3.      Observasi lingkungan fisik
Subyek tinggal bersama keluarganya. Rumah subyek tergolong sederhana dengan perekonomian menengah. Di dalam rumah subyek terlihat berantakan karena orangtua subyek pedagang pakaian. Di halaman rumah terlihat rapi dengan berbagai  macam tanaman hias.

B.     Wawancara
1.      Autoanamnesa Subyek
Subyek menceritakan secara rinci apa yang subyek rasakan ketika melihat ular, dari awal mula dia mengalami hal tersebut sampai beberapa hal yang terkesan menggelitik perut ketika subyek bercerita.
2.      Alloanammnesis Ayah Kandung
Menurut penuturan bapak subyek anak yang rajin, perhatian kepada orangtua, tidak suka membantah.
3.      Alloanammnesis Ibu Kandung
Menurut penuturan ibu subyek suka tidur, kalau melihat kasur bisa langsung tidur. Subyek juga sedikit telmi namun subyek seorang pekerja keras, pantang menyerah, dan penyayang terhadap keluarga (respect).
4.      Alloanammnesis teman subyek
Subyek adalah wanita yang supel, dengan logat bicara yang agak kasar dan terlihat judes sekaligus galak namun sebenarnya subyek baik.

BAB V
ETIOLOGI

Ø  Awalnya ketakutan subyek dengan ular masih wajar-wajar saja, namun karena kejadian sewaktu MTs dulu ketika teman yang menyukai subyek melemparkan ular yang sudah mati dan masih ada darahnya kepangkuan subyek yang membuat subyek menjerit ketakutan. Setelah kejadian itu subyek trauma dan menjadi sangat ketakutan bila melihat ular sungguhan atau mainan atau hanya sekedar gambar saja. Sejak saat itu subyek merasa kakinya merinding dan lumpuh apabila melihat ular. Dia berpikir kalau ular itu melilit kakinya























BAB VI
PERMASALAHAN

a.       Kondisi kognitif
Subyek ketakutan ketika melihat ular dan kekhawatiran yang berlebih apabila subyek melihat ular.

b.      Motorik
Subyek  merasa merinding apabila melihat ular, baik asli, mainan, atau gambar.

c.       Emosi
Subyek akan mejerit, menutup mata, dan lari apabila melihat ular. Bahkan subyek akan lari sambil marah apabila ada orang yang mengejutkan subyek tanpa ular asli, mainan, atau gambar. (misalnya hanya bicara “awas ada ular”)

d.         Insomnia
Subyek tidak mengalami insomnia


e.         Kecemasan
Subjek sering mengalami kecemasan yang berlebih ketika melihat ular. Subjek merasa  cemas  bila kakinya dililit dan lumpuh.

f.          Mual atau muntah
Tidak mengalami mual dan muntah

g.                  Sosial
Tidak mengalami dalam hubungan sosialnya.





BAB VII
DASAR TEORI

A.    FOBIA
Rasa takut adalah hal yang lumrah terjadi dalam kehidupan manusia, setiap orang tentu pemah merasakan takut karena pada dasamya rasa takut adalah mekanisme pertahanan alamiah tubuh yang ada sejak lahir. Adanya rasa takut itu membuat manusia terhindar dan hal-hal yang dapat mengerikan hidupnya (Freud, 1948).
Fobia berasal dari kata Yunadi phobos yang bermakna takut. Konsep takut dan cemas memang memiliki kaitan erat. Takut adalah perasaan cemas dan agitasi (memberontak) sebagai respons terhadap suatu ancaman. Gangguan fobia adalah rasa takut yang persisten terhadap obyek atau situasi dan rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamannya. Dengan kata lain, seseorang yang bereaksi dengan ketakutan yang amat sangat pada suatu stimulus atau situasi yang menurut kebanyakan orang bukan merupakan hal berbahaya disebut sebagai penderita fobia (Rita L. Atkinson, dkk., 1983).
Menurut Elida Prayitno (2009:13) mengatakan bahwa Fobia atau fobi adalah suatu ketakutan yang tidak masuk akal namun penderita dapat menjelaskan apa penyebab dan bagaimana cara mengatasi ketakutannya itu. Para penderita fobia neurosis tidak menyadari apa yang mendasari apa yang mendasari perasaan takutnya. Reaksi mereka terhadap ketakutan itu sangat hebat yang menyebabkan penderita merasa sengsara. Jika para penderita menyadari sebab-sebab yang mendasari dari ketakutan mereka itu, maka ketakutan mereka berkurang dan bahkan dapat hilang.    
Fobia spesifik, yang sebelumnya disebut fobia sederhana, adalah ketakutan tidak masuk akal yang disebabkan oleh pikiran atau hadirnya benda atau situasi tertentu, serta biasanya sedikit atau tidak berbahaya. Berada dekat benda atau dalam situasi tertentu tersebut menyebabkan penderita mengalami kecemasan yang intens (kegelisahan) atau harus menghindari benda atau situasi tersebut. Gangguan yang berhubungan dengan fobia dan / atau harus menghindari benda atau situasi ini dapat secara signifikan mengganggu kemampuan fungsi seseorang. Orang dewasa yang memiliki fobia spesifik tahu bahwa rasa takut tersebut berlebihan atau tidak masuk akal, tetapi mereka tidak mampu untuk mengatasinya.
Fobia khas atau spesifik adalah ketakutan irasional terhadap objek atau situasi tertentu yang dengan jelas menganggu kemampuan individu untuk menjalankan fungsinya. Sebelum diterbitkan di DSM IV pada tahun 1994, tidak ada klasifikasi yang berarti untuk fobia-fobia khas. Tapi sekarang ada beberapa jenis fobia khas atau spesifik dengan perbedaan yang jelas di antara mereka. Empat subtipe fobia khas yang telah diidentifikasi adalah jenis fobia terhadap :
a.       Binatang, Contohnya yaitu takut anjing, ular, serangga, atau tikus. Fobia hewan merupakan fobia spesifik yang paling banyak diderita orang-orang.
b.      Lingkungan alam, contoh fobia jenis ini yaitu takut badai, ketinggian, atau air.
c.       Darah-suntikan/injeksi-luka. Fobia jenis ini berkaitan dengan takut terluka, melihat darah atau prosedur medis invasif, seperti tes darah atau suntikan.
d.      Situasional. Fobia jenis ini berkaitan dengan ketakutan terhadap situasi tertentu, seperti terbang, naik mobil atau angkutan umum, mengemudi, berkendara melewati jembatan atau terowongan, atau berada di tempat tertutup di tempat, seperti lift. (V. Mark Durand, dkk., 2006)

Gejala-gejala Khas Fobia Spesifik:
1.      Ditandai dengan ketakutan yang berlebihan atau tidak masuk akal, perasaan antisipasi pada suatu objek atau situasi tertentu (misalnya ketinggian, binatang, menerima suntikan, melihat darah).
2.      Paparan terhadap stimulus fobia hampir selalu menimbulkan respon kecemasan langsung. (Pada anak-anak, kecemasan dapat dinyatakan dengan menangis, tantrum, kaku, atau menempel pada orang tua.)
3.      Orang dewasa biasanya mengakui bahwa rasa takut berlebihan yang dialami itu tidak masuk akal.
4.      Situasi fobia menyebabkan kecemasan intens atau kesusahan.
5.      Penghindaran, antisipasi cemas, atau tekanan dalam situasi yang ditakuti mengganggu rutinitas normal secara signifikan, pekerjaan (atau akademis), atau kegiatan sosial atau hubungan.
Takut akan ular terkadang sulit untuk didiagnosa, karena gejala dapat bervariasi pada masing-masing penderita. Jika penderita termasuk dalam Ofidiofobia ringan maka si penderita mungkin hanya takut dengan ular yang tergolong besar atau ular beracun. Sedangkan jika termasuk dalam fobia berat mungkin rasa takut mulai muncul ketika meilhat ular kecil, bahkan mungkin takut untuk melihat foto bahkan program televisi yang menayangkan ular. Gejala yang dapat ditimbulkan seperti badan gemetar, menangis, jantung berdebar, kesulitan bernapas, atau bahkan melarikan diri jika mengalami perjumpaan langsung dengan ular.






































BAB VIII
DINAMIKA PSIKOLOGI

Sebelum peristiwa di MTs subyek tumbuh normal dan tidak ada masalah dengan perkembangan maupun pertumbuhannya. Namun setelah subyek mengalami suatu kejadian atau peristiwa yang membuat ia trauma tepatnya sewaktu kelas VIII MTs ketika teman yang menyukai subyek melemparkan ular mati penh darah ke kaki subyek. Peristiwa itu membuat subyek sangat takut terhadap ular, pikiran-pikiran subyek terus berkembang hingga subyek tidak mau melihat ular baik itu dalam bentuk gambar maupun ular mainan. Peristiwa tersebut terus terngiang hingga membentuk kecemasan pada subyek yang dimana subyek ketika melihat ular berpikir kalau kakinya dililit ular dan membuat kakinya menjadi lemas.
Fobia biasanya pertama kali muncul pada masa remaja atau dewasa. Fobia ini mulai tiba-tiba dan cenderung lebih gigih dari fobia masa kanak-kanak, hanya sekitar 20 persen dari fobia dewasa lenyap dengan sendirinya. Ketika anak-anak memiliki fobia spesifik - misalnya, takut hewan - ketakutan biasanya menghilang dari waktu ke waktu, meskipun mereka dapat terus terbawa sampai dewasa. Tidak ada yang tahu mengapa fobia ini bertahan pada beberapa orang dan menghilang pada orang lain.
Fobia yang dialami oleh subyek terjadi pada masa kanak-kanak dan terbawa hingga saat ini tepatnya pada masa dewasa awal.
DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan subyek dan orang-orang terdekat subyek dapat disimpulkan bahwa subyek mengalami gangguan fobia spesifik karena ketakutan  yang irasional  subyek pada ular asli, mainan, ataupun gambar. Fobia yang dialami subyek disebabkan oleh traumatik pada masa lalu yang membuat tingkat kecemasannya tinggi ketika melihat ular sampai sekarang.




Berdasarkan dari diagnosa PPDGJ III subyek teridentifikasi mengalami fobia khas.
Aksis I :
DIAGNOSIS
KRITERIA PPDGJ
KRITERIA KASUS
KETERANGAN
TERPENUHI
TIDAK TERPENUHI
F. 40.2
Fobia Khas (Terisolasi)
Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif.
Subyek berpikir bahwa ular itu akan melilit kakinya yang membuat kakinya merasa merinding. Gejala ini akibat peristiwa traumatik dimasalalu subyek.


Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu (highly specified situations).
Subyek cemasan dan takut ketika melihat ular, ular mainan, gambar ular dan media visual yang menayangkan ular.


Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
Subyek menghindari situasi atau kondisi dimana subyek bisa melihat ular baik gambar, tayangan maupun ular asli.


Aksis II           : Tidak ada
Aksis III         : Tidak ada
Aksis IV         : Tidak ada
Aksis V           : Penilaian fungsi secara global GAF = 65
Kriteria fobia khas terpenuhi pada diri subyek, gangguan pada diri subyek terlihat dengan adannya simtom yang menunjukkan bahwa subyek mengalami gangguan fobia khas.











DAFTAR PUSTAKA
Rita L. Atkinson, Ricard C. Atkinson, Ernest R. Hilgard. 1983. Pengantar Psikologi Jilid 2, Jakarta: Erlangga.

http://www.fimadani.com/siapa-yang-takut-ular/ 

No comments:

Post a Comment

komunikasi
email: choirulalfa77@gmail.com

MAKALAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN. Yuk kepoin

COVER MAKALAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEMARANG 2019 KATA...

Choirulalfa.blogspot.com