RESUME TUGAS PSIKOLOGI SOSIAL
Class: psikologi B
ü FIRO ( Fundamental Interpersonal Relations Orientation )
o Teori yang dikemukakan
oleh Schutz(1955,1958) bahwa setiap orang yang mengorientasikan dirinya kepada
orang lain dengan cara tertentu (khas) dan caranya yang khas ini merupakan
faktor utama yang mempengaruhi perilakunya dalam hubungan antar pribadinya.
o awal dari teori ini
bermula dari minat Schutz terhadap pembentukan mpok-kelompok kerja yang
efektif. Pengamatannya terhadap proses pembentukan kelompok ini kemudian sangat
di pengaruhi oleh karya-karya Bion (1949) dan Redl (1942), sehingga tidak
mengherankan jika teori Schutz sangat berbau psikoanalisis.
o ide pokoknya adalah
bahwa setiap orang mengorientasikan dirinya kepada orang lain dengan cara
tertentu (khas) dan cara ini merupakan faktorutama yang mempengaruhi
perilakunya dalam hubungan antar pribadi.
o Secara singkatnya
teori FITO adalah sebagai berikut : pola hubungan antar individu pada umumnya
dapat dijelaskan dalam kaitan dengan tiga kebutuhan antar pribadi yaitu :
inklusi (keikutsertaan), kontrol dan afeksi (kasih). Kebutuhan ini terbentuk
pada masa kanak-kanak dalam interaksi dengan orang-orang dewasa, khususnya
orang tua. Pada masa dewasa, kebutuhan inklusi tergantung pada sampai dimana
anak diintegrasikan dalam kelompok keluarga. Kalau anak tidak tidak cukup
diikutsertakan dalam keluarga, maka pada saat ia dewasa akan timbul perasaan
tak berarti, tak berharga (insignificant).
o Kebutuhan akan kontrol tergantung pada pola
hubungan orangtua anak, apakah menekankan pada kebebasan, pengarahan atau
pengen-dalian.
o Kegagalan pemenuhan kebutuhan akan kontrol
pada masa kanak-kanak akan menimbulkan perasaan ketidakmampuan (incompetent)
pada masa dewasa.
o Kebutuhan akan afeksi berangkat dari kondisi
pada masa kanak-kanak, apakah anak diterima atau ditolak oleh orangtua.
Kekurangan dalam hal ini akan menimbulkan perasaan tak dicintai (unloveble).
ü POSTULAT-POSTULAT
ü Postulat 1 ( Tentang
Kebutuhan Pribadi )
o Setiap orang mempunyai
3 kebutuhan antar pribadi : inklusi, kontrol dan afeksi.
ü Postulat 2
(Kesinambungan Hubungan )
o Perilaku seseorang
dalam hubungan antar pribadi akan sama dengan perilaku yang telah dialaminya
dalam hubungan-hubungan yang terdahulu. Yaitu : Prinsip keajekan, kalau seorang
dewasa melihat posisinya dalam hubungan antar pribadi serupa dengan posisinya
dalam hubungan anak-orang tua. Prinsip Identifikasi, jika seorang dewasa
mendapatkan dirinya berada dalam suatu hubungan antar pribadi dimana posisinya
serupa dengan posisi orang tua dalam hubungan orang tua – anak sewaktu masih
kanak-kanak.
ü Postulat 3 (
Kompatibilitas )
o Jika kompatibilitas
suatu kelompok n lebih besar daripada kelompok m, maka pencapaian tujuan n akan
melebihi m.
ü Postulat 4
(Perkembangan Kelompok)
o Pembentukan dan
perkembangan hubungan antara 2 orang atau lebih selalu mengikuti urutan yang
sama.
ü TIGA KEBUTUHAN ANTAR
PRIBADI
ü Inklusi
o Adalah rasa takut
saling memiliki dalam suatu situasi kelompok. Kebutuhan yang mendasar inya
adalah hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Kekhawatiran anak adalah
bahwa ia tidak berguna, atau bahkan ia merasa tidak ada sama sekali. Kalau anak
itu terintegrasi dengan baik kedalam keluarganya, maka
kekhawatiran-kekhawatiran itu akan menghilang.
ü Kontrol
o Aspek pembuatan
keputusan dalam hubungan antar pribadi. Kebutuhan yang mendasarinya adalah
keinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang
lain dalam kaitannya wewenang dan kekuasaan. Kecemasan anak adalah bahwa ia
tidak tahu apa yang diharapkan daripadanya dalam hiraki kekuasaan, bahwa ia adalah
seorang yang tidak mampu menangani persoalan dan bahwa ia adalah seorang yang
tidak bertanggungjawab.
ü Afeksi
o Adalah mengembangkan
keterikatan emosional dengan orang lain. Kebutuhan yang mendasarinya adalah
hasrat untuk disukai dan dicintai. Ekspresi tingkah lakunya bisa positif dan
bisa juga negatif. Kecemasan yang timbul adalah takut tidak disenangi dan
ditolak.
ü TIPE-TIPE TINGKAH LAKU
ANTAR PRIBADI
ü Tipe-tipe perilaku
inklusi
hubungan yang memuaskan dengan orang lain.
Yang termasuk dalam inklusi bermacam-macam, mulai dari interaksi intensif
sampai penarikan atau pengucilan diri sepenuhnya.
ü Perilaku kurang sosial
(under social behavior)
§ Timbul jika kebutuhan
inklusi kurang terpenuhi, misalnya : adalah orang yang tidak bisa dicintai
dan secara tidak disadari ia tidak ingin orang lain mengetahui hal itu.
ü Perilaku terlalu
sosial (over social behavior)
§ Orang yang terlalu
sosial cenderung memamerkan diri berlebih-lebihan. Misal: ada kecemasan
untuk dicintai dan merasa tidak bisa dicintai.
ü Perilaku sosial
§ Perilaku yang masa
kecilnya cukup mendapatkan kebutuhan inklusi. Ia tidak mempunyai masalah dalam
hubungan antar pribadi.
ü Tipe-tipe Perilaku
Kontrol
ü Perilaku Abdikrat
§ Orang yang berperilaku
jenis ini merasa dirinya tidak mampu membuat keputusan. Karena ia cenderung
menghindari pembuatan keputusan dalam hubungan antar pribadi.
ü Perilaku Otokrat
§ Terdapat kecenderungan
mendominasi orang lain, ingin selalu menduduki posisi-posisi atas.
ü Perilaku Demokrat
§ Perilaku yang ideal,
biasanya selalu berhasil memecahkan berbagai persoalan dalam hubungan antar
pribadi.
ü Perilaku Patologik
§ Psikopat, tidak mau
menerima segala control dalam bentuk apapun. Ketaatan yang obsesif, terlalu
taat terhadap segala control yang datang dari luar.
ü Tipe-tipe Perilaku
Afeksi
ü Perilaku Kurang
Pribadi
§ Cenderung menghindari
hubungan pribadi yang terlalu dekat, kalau ramah hanya dibuat-buat, padahal
secara emosional tetap menjaga jarak.
ü Perilaku Terlalu
Pribadi
§ Menginginkan hubungan
emosional yang sangat erat, terlalu intim dalam berkawan, kadang-kadang menuduh
temannya tidak setia kalau temannya berteman dengan orang lain.
ü Perilaku Pribadi
§ Perilaku yang ideal.
Ia bisa bertindak tepat dan selalu merasa senang dalam hubungan emosi yang
dekat maupun yang renggang.
ü Perilaku Patologik
§ Tipe afeksi ini adalah
Psikoneorosis.
ü Kompatibilitas
ü Jenis-jenis
Kompatibilitas
ü Kompatibilitas Saling
Terkait
§ Kompatibilitas jenis
ini, adatara 2 orang, adalah maksimum jika derajatnya perilaku yang ditunjukkan
maupun yang diharapkan oleh salah satu pihak persis dengan yang ditunjukkan
atau diharapkan oleh orang lain.
ü Kompatibilitas Asal
Usul
§ Dibidang afeksi,
inklusi dan control.
ü Kompatibilitas Timbal
Balik
§ Diukur dengan derajat
ekspresi yang ingin ditunjukkan oleh salah satu pihak.
ü Perkembangan Kelompok
§ Dalam Ketiga
tahap itu tidak terpisah satu sama lain dengan tajam. Semua jenis perilaku bisa
muncul diketiga tahap tersebut yang membedakan hanyalah penekanan dan
intensitas dari suatu perilaku tertentu pada tahap tertentu.
§ Jika ada 2 kelompok yang berbeda
kompatibilitasnya, maka kelompok yang lebih kompatibel akan lebih erat
(kohesif) daripada kelompok yang kurang kompatibel. Jika sebuah kelompok
terdiri dari dua atau lebih sub-kelompok yang tidak kompatibel, maka tiap
anggota lebih suka bekerja sama dengan anggota lain dari sub-kelompoknya
sendiri dari-pada dengan anggota dari sub-kelompok lain yang berlawanan dengan
kelompoknya sendiri atau dengan seorang anggota yang netral.
§ Selain itu tahap-tahap
itu bisa berulang kembali. Jadi, tahap-tahap inklusi, control, dan afeksi bisa
terjadi berulang kali. Pada waktu kelompok mendekati masaakhirnya, barulah
terjadi urutan yang terbalik, yaitu afeksi, diikuti dengan control dan diakhiri
dengan inklusi (atau lebih tepat ekslusi).
§ Kompatibilitas timbal
balik (reciprocal compatibility). Kompatibilitas jenis ini diukur dengan
derajat ekspresi yang ingin ditunjukkan oleh salah satu pihak dalam salah satu
dari tiga bidang kebutuhan hubungan antar pribadi di atas, dengan kadar harapan
dari pihak yang lain.
ü Contoh Penerapanya dalam kehidupan sosial dilingkungan
sekitar kita
§ Inti dari Teori Firo
oleh William Schutz (1958) bahwa setiap manusia memiliki tiga
kebutuhan antar pribadi yang disebut inklusi,control dan
afeksi.Asumsi dasar teori adalah bahwa setiap manusia dalam hidupnya
pasti membutuhkan orang lain. Kebutuhan ini terbentuk pada masa
kanak-kanak dalam interaksi dengan orang dewasa, khususnya orang tua. Pada masa
dewasa kebutuhan akan inklusi tergantung pada sampai di mana anak
diintegrasikan dalam kelompok keluarga. Kalau anak tidak cukup diikutsertakan
dalam keluarga, maka pada saat ia dewasa akan timbul perasaan tak berarti, tak
berharga (insignificant)
ü Misalnya contoh,
o dalam kehidupan sehari
haripun kita pasti menginginkan untuk bersosialisasi, bergabung
dengan sesama, dalam bersosialisasipun dibutuhkan suatu kelompok, keinginan
untuk bergabung dalam suatu kelompok itu suatu yang sudah biasa,karena itu
sudah menjadi suatu kesdaran pribadi. Seperti keinginan untuk bergabung dalam
organisasi dalam masyarakat misal ikut organi sasi irmas ( ikatan remaja
masjid ) ataupun ikut ipnu / ippnu, dalam organisasi di
masyarakat irmas atau ipnu maupun ippnu itu orang orangnya seperti
apa, dan yang sesuai untuk menjadi anggota organisasi masyarakat itu
seperti apa, dalam mencapai kepuasanya dalam bersosialisasi antar masyaraklat dalam
suatu kelompok pasti dibutuhkaan rasa kenyamanan. Karena kita bisa dikatakan
dapat bersosialisasi secara sempurna kalau kita bisa menjalankan hubungan antar
personal secara lancar dan sukses, maka
komunikasi interpersonal yang efektif bisa dicapai dan bisa menumbuhkan saling
menghargai dan muncul rasa nyaman dan akrab dalam melaksakan
oraganisasi tersebut.
o Tugas Kedua
ü Contoh Dari Teori
Peran
o Menurut Biddle &
Thomas ada lima istilah tentang perilaku dalam kaitannya dengan peran:
ü Expectation (harapan);
ü Norm (norma);
ü Performance (wujud perilaku);
ü Evaluation (penilaian) dan sanction (sanksi);
§ Saya akan memebrikan
contoh peran seorang SISWA DITENGAH LINGKUNGAN MASYARAKAT.
o Siswa yang sering
disebut sebagai komunitas terdidik, cerdas, dengan kapasitas
intelektualnya dan segudang atributnya. Hal ini terutama karena
pandangan dan harapan yang ditujukan kepada siswa siswi begitu banyak dan
beragam. Harapan harapan dari masyarakat masyarakat awam yang menginginkan agar
seorang siswa siswi tidak hanya dipandang sebagai siswa yang levelnya
tinggi dengan semua atributnya, tetapi harapan disini seperti seorang siswa bisa
menjadi seorang yang cerdas, berpendidikan santun berpendidikan lebih dari
yang lain dan berpikir kritis dalam setiap permasalahan yang timbul.
Lalu mencoba bersikap bijak dalam menanamkan keberanian, kejujuran dan tanggung
jawab. Seharusnya menjadi seorang siswa harus sesuai dengan bersikap
sopan,santun,jujur. Peran seorang siswa seperti yang
diharapkan oleh norma adalah menjadi seseorang yang dianggap
berintelektual dan santun dalam berperilaku. Sedangkan yang lainya hanya
menerapkan bahwa seorang siswa harus berintelektual tinggi .Berintelektual
tinggi dan pintar dalam berkomunikasipun belum cukup untuk menunjukkan peran
seorang siswa yang dianggap ideal. Jika hanya dipandang
berintelektual tetapi mempunyai perilaku yang tidak sepatutnya seorang siswapun
itu belum sesuai dengan norma atau peraturan yang menjelaskan seorang siswa.
Misalkan, seorang siswa sedang diluarlingkungan sekolah dan berada
ditengah tengah masyarakat dan dengan kapasitas intelektualnya tapi dengan
perilaku yang tidak sopan dan anger anggeran, itupun akan mendapat
celaan dari masyarakat, Walaupun mungkin sudah menunjukkan bahwa seorang siswa itu
harus pintar, cerdas tapi itu bertentangan dengan penilaian masyarakat umum
yang menilai seorang siswa tidak hanya pintar dalam berfikir, tetapi
juga harus pintar dalam berperilaku, dikarenakan didalam tengah tengah
masyarakat itu siswa itu sangat di nilai masyarat, sekali membuat kesalahan
sedikit masyarakat langsung berfikir negativ pada sorang yang dikatan
berpendidikan
No comments:
Post a Comment
komunikasi
email: choirulalfa77@gmail.com