AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Aspek Keperilakuan dalam Audit Internal
BAB 1
PENDAHULUAN
Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi, khususnya aspek-aspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan aktivitas-aktivitas auditor dalam mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan. Terdapat banyak hal yang dapat dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada aspek keperilakuan auditor.
Salah satu karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor internal berkaitan dengan keterikatan secara pribadi.Akuntan publik terikat dengan catatan-catatan suatu organisasi dan prinsip-prinsip akuntansi yang dibangun oleh badan profesi akuntansi.Sebaliknya, auditor internal terkait dengan aktivitas-aktivitas manajemen dan orang-orang yang menjalankan operasi organisasi.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal mengevaluasi aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang sehingga terdapat hubungan pribadi antara orang yang dievaluasi dengan orang yang mengevaluasi dengan para audit.
Tujuan :
1. Untuk memenuhi tugas seminar akuntansi, sehingga membantu keefektifan dalam pembelajaran pada pembahasan “Akuntansi Keperilakuan : Aspek Keperilakuan pada Audit Internal”.
2. Untuk mengetahui bagaimana sikap seorang audit dalam menyelesaikan konflik saat melakukan audit, serta apakah ada etika dalam pelaksanaan audit.
Rumusan Masalah :
1. Apakah Terdapat cara menilai sebuah konflik dalam pelaksanaan Audit ?
2. Tindakan yang bagaimana seorang audit dalam menyelesaikan konflik.
3. Adakah gaya manajemen yang bisa digunakan oleh audit dalam pelaksanaanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Memotivasi Pihak Yang Diaudit
Motivasi merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi audit internal. Dalam teori motivasi, dikenal dengan lima kebutuhan pokok Maslow. Dua dari kebutuhan pokok tersebut adalah keinginan untuk menjadi bagian dari organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan dikenal, sehingga dapat melayani auditor internal secara baik.
1) Kebutuhan Menjadi Bagian dari Organisasi
Bagian audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang berdedikasi untuk memperbaiki operasi organisasi tersebut. Pihak yang diaudit dapat dijanjikan bahwa pendapat mereka akan diterima dan dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam pertimbangan keseluruhan manajemen guna memperbaiki kondisi operasi organisasi.
Para auditor diminta untuk mendekati pihak yang diaudit dengan bahasa yang memperkuat kebutuhan ini dan potensi penyelesaian serta dengan mempercayai pihak yang diaudit untuk membantu atau mengambil bagian atas pencapaian tujuan dari pekerjaan audit sekarang. Hal ini harus dicapai melalui jaminan dari pihak yang diaudit bahwa sikap positif mereka akan dicerminkan secara langsung ataupun tidak langsung dalam laporan audit.
2) Menghormati Diri Sendiri dan Orang Lain
Kebutuhan akan rasa hormat ini dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak yang diaudit untuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf audit untuk mengidentifikasikan bidang – bidang yang bermasalah, membantu dalam investigasi terhadap kinerja, serta mengembangkan tindakan – tindakan korektif. Aspek terpenting disini adalah auditor mengidentifikasikan tindakan – tindakan pihak yang diaudit secara langsung sebagai bagian dari usaha audit. Pihak yang diaudit biasanya akan menerima rasa hormat dan respons manajemen melalui penerapan audit yang merupakan bagian dari manajemen yang berpengaruh dalam melakukan perbaikan operasional manajemen.
B. Hubungan dengan Gaya Manajemen
Terdapat empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum. Empat gaya tersebut meliputi :
· Gaya mengarahkan
Gaya mengarahkan berarti pemimpin memberikan intruksi spesifik dan mengawasi penyelesaian pekerjaan dari dekat.
Pada gaya pertama, aturan – aturan manajemen dipatuhi secara sangat ketat. Auditor seharusnya tidak membuat ikatan – ikatan dengan staf tanpa persetujuan manajemen. Akan tetapi, hal ini membuat auditor kesulitan untuk memperoleh informasi maupun akses terhadap informasi, sehingga harus diambil langkah lain.
· Gaya melatih
Gaya melatih berarti pemimpin tidak hanya memberikan pengarahan dan mengawasi penyelesaian tugas dari dekat, tetapi juga menjelaskan keputusan, menawarkan saran, dan mendukung kemajuan bawahannya.
· Gaya mendukung
Gaya mendukung berarti pemimpin memudahkan dan mendukung upaya bawahan untuk penyelesaian tugas serta berbagi tanggung jawab dalam pembuatan keputusan dengan bawahan.
· Gaya mendelegasikan
Gaya mendelegasikan berarti pemimpin menyerahkan tanggung jawab pembuatan keputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan secara relative utuh.
Bila audit dilakukan menggunakan pendekatan audit tradisional, maka auditor akan mempercayai atau mau membantu audit tersebut secara penuh. Auditor sebaiknya memilih pendekatan yang membuatnya dapat berhubungan dengan kelompok pihak yang diaudit.
Menggunakan suatu pendekatan audit yang konflik dengan filosofi manajemen dari manajemen pihak yang diaudit akan menyebabkan audit kesulitan dalam perolehan bantuan serta kerja sama secara sukarela.
Dari empat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya keempat merupakan gaya yang terpenting.Pada gaya pertama, auditor seharusnya mencoba untuk bekerja sama dengan seluruh manajemen dalam proses audit sehingga dapat meyakinkan pihak manajeman bahwa auditor berada di pihak mereka dan mempunyai tujuan untuk mengembangkan desain guna membantu memperbaiki operasi. Padagaya keempat, auditor seharusnya mengambil pendekatan bahwa mereka merupakan bagian dari tim manajemen dan bertindak sebagai rekan kerja atau konsultan.
C. Pengelolaan Konflik
Konflik adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada proses audit (Chambers at al., 1987). Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit, tetapi jika tidak ditangani lebih awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan luas. Konflik dapat terjadi dalam hal – hal seperti berikut :
a. Lingkup seperti terhadap manajemen.
b. Tujuan sebagaimana terhadap auditor eksternal.
c. Tanggung jawab seperti layanan manajemen.
d. Nilai dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak yang diaudit.
Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang cenderung mempertahakan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang cenderung mempertahankan lembaga atau keinginannya. Dapat disimpulkan bahwa ketika seorang auditor bekerja pada suatu lembaga bisnis professional, yang dikelilingi oleh suatu birokrasi, konflik dan hilangnya nilai – nilai serta norma – norma profesionalisme akan muncul. Di pihak lain, sikap dan keyakinan yang berkaitan dengan lingkungan anggota seprofesi sering kali dibentuk oleh kondisi birokrasi.oleh karena itu, sikap yang dimunculkan oleh satu atau beberapa orang professional yang mempertahankan nilai – nilai profesionalismenya akan cenderung menjadi pemicu konflik.
Aranya dan Ferris (1984) telah melakukan survey terhadap auditor dan dapat kesimpulan menyatakan bahwa:
1) Konflik yang terjadi pada organisasi profesi akuntan lebih tinggi dibandingkan dengan konflik yang terjadi pada akuntan yang bekerja dilingkungan organisasi bisnis bukan profesi.
2) Dalam organisasi professional, tingkat konflik yang diterima berbanding terbalik dengan posisi individu dalam suatu birokrasi.
3) Persepsi konflik berhubungan secara negative dengan kepuasan kerja dan berhubungan secara positif dengan kecenderungan untuk berpindah kerja.
Konflik akan muncul ketika di dalam organisasi bisnis profesional terdapat sebagian orang yang memegang teguh nilai –nilai profesionalismenya, sementara sebagian lainnya tidak bahkan cenderung untuk menghilangkan nilai–nilai tersebut.
Ada empat metode khusus yang secara umum digunakan untuk menyelesaikan konflik:
1) Arbitrasi : Pada metode ini, ketika terjadi suatu konflik muncullah kelompok ketiga yang menjadi suatu harapan penyelesaian konflik dalam organisais tersebut Mediasi. Hanya saja banyak phak yg tidak menggunakan metode ini karena masalah biaya yg dianggap mahal (expensive).
2) Mediasi : Metode terbaik lainnya yaitu mediasi.Mediasi merupakan jenis metode kompromi dengan pengecualian bahwa mediasi yang menggunakan sseorang juri cenderung memegang teguh kepentingan – kepentingan organisasi.
3) Kompromi : Metode yang terbaik dan paling sering digunakan dalam pendekatan keperilakuan adalah metode kompromi, jika perbedaan masih dapat di kompromikan.
4) Langsung
D. Masalah – Masalah Hubungan
Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep-konsep tersebut adalah:
a) Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat-sifat dasar individu, oleh sebab itu auditor seharusnya mempertimbangkannya dalam kaitannya dengan karyawan pihak yang diaudit.
b) Keberagaman perasaan-perasaan dan emosi,
sehingga auditor seharusnya mengidentifikasi keberagaman perasaan dan mencoba menangani hal tersebut secara efektif.
c) Keberagaman persepsi.
Staf pihak yang diaudit tidak memandang dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh staf audit.
d) Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan.
Auditor diharuskan untuk memodifikasi pendekatan secara teknis ketika menghadapi kelompok yang lebih luas.
e) Pengaruh dari berbagi situasi operasi sebagai suatu variasi akhir.
Setiap perubahan situasi mempengaruhi perasaan dan tindakan seseorang, auditor seharusnya m memasuki variasi ini ke dalam pertimbangannya pada hubungan interpersonal.
E. Karakteristik Umum Individu
Brink dan Witt (1982) juga telah membuat suatudaftar mengenai karakteristik kelompok individu dari orang-orang yang beradadalam berbagai tingkatan. Auditor seharusnya mempertimbangkan hal tersebut karena hal ituberpengaruh terhadap kepribadian,sikap,dan aktivitas. Pengetahuan dan pertimbangan atas perbedaan inidapat membantu untuk memastikan hubungan yang lebih harmonis.
Pada umumnya sifat yang muncul pada berbagai tingkatan dalam setiap individudari pihak yang diaudit meliputi :
a) Menjadi Produktif, sibuk padapekerjaan-pekerjaan yang bermakn.
b) Mempunyai dorongan kearah dedikasi terhadap suatuusaha yang dianggap penting.
c) Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada individu lain.
d) Bebas ubtukmemilihguna mendapatkan indenpendensi dan kebebasan pilihan.
e) Memiliki sifat yang adil dan jujur.
f) Memiliki bias pada diri sendiri,tercermin pada sikap yang lebih suka dipuji dibandingkan dengan kritik.
g) Mencari kepuasan diri sendiri.
h) Memiliki nilai untukmendapatkan imbalan atas usahanya.
i) Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik
j) Menjadi bagian tim yang sukses.
k) Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.
l) Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.
m) Lebih cenderung untuk sensitive dibandingkandengan membantu orang.
F. Kesadaran pada diri sendiri
Dalam suatu situasi dimana terdapat banyak hubungan interpersonal sebagaimana yang terdapat didalam audit internal, merupakan hal penting untuk menyadari dan memegang teguh keseimbangan serta untuk memandabg diri sendiri sebagaimana orang lain memandangnya (Ratclff et al,1988).
Beberapa elemen utama dari aspek yang terpenting kondisi ini adalah:
a. Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain dalam berhubungan secara mental ,fisik dan karakterisrik pribadi.
b. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja.
c. Kesadaran terhadap perintah dasar dalamlingkungan relative yang dimilki seseorang dimana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan kelompok organisasi yang luas.
d. Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan- kebutuhan orang lain
e. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego seseorang.
f. Suatau perasaan keterpaduan yangberasal dari kepercayaan bahwa seseorang berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis.
G.Komunikasi secara Efektif
Komunikasi ini terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, laporan tertulis. Perintah seorang auditor dengan menggunakan komunikasi yang efektif merupakan cara yang positif untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dalam menjalankan audit.
Terdapat unsur-unsur yang dipresentasikan baik secara lisan maupun tulisan yang dipertimbangkan untuk memiliki hubungan perilaku yang baik unsur tersebut adalah :
a) Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah bagian dari manajemen.
b) Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahan-kesalahan dari pihak yang diaudit.
c) Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan baik secara verbal maupun tertulis.
d) Ketika memberikan saran pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit sebab hal ini berimplikasi kepadaanggapan mereka .
e) Mengijinkan pihak yang diaudit untuk melakukan perubahan dalam bahasa laporan sepanjang tidak mengubah subtansinya.
f) Jangan berargumen atau berkomentar mengenai moralitas, karena auditor mencari fakta dan tidak bertindak sebgai seorang penasihat yang berhungan dengan moral.
g) Menjaga laporan dan memberikan keadilan.
h) Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari temuanya.
i) Mengizinkan paihak yang diaudit sepanjang proses penyusunan laporan untuk mengungkapkan pendapat
j) Sopan dengan seluruh tingkatan staff pihak yang diaudit dan menyambut manajemen pihak yang diaudit dengan rasa hormat.
k) Melakukan pertemuan dan wawancara dikantor pihak yangdiaudit.
l) Mempertimbangkan kemungkinatekanan yang muncul dalam diri pihak yang diaudit.
H. Menghadapi banyaknya Oposisi
Terdapat tiga jenis pokok dari banyaknya oposisi :
· Suatu indikasi yg menunjukkan kurang pentingnya audit
· Pihak yg diaudit bertindak dalam suatu gaya konfrontasional.
· Pihak yg diaudit menolak untuk mengambil berbagai tindakan selama atau secara audit.
I. Pelaksanaan Audit Partisipatif
Telah menjadi suatu hal yang umum dalam audit bahwa inti dari kinerja audit yang baik berasal dari pendekatan keprilakuan.
Audit Partisipatif, yaitu proses yang melibatkan bantuan klien dalam mengumpulkan data, mengevaluasi operasi, dan mengoreksi masalah. Jadi audit ini merupakan kemitraan untuk menyelesaikan masalah, sehingga terkadang disebut audit kemitraan.
Elemen keprilakuan tersebut meliputi:
a) Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diadit bidang mana yang akan diaudit.
b) Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit dalam menilai.
· Pemrogram audit
· Pelaksanaan audit
c) Perolehan persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi
d) Dapatkan persetujuan atas isi laporan
e) Memasukan informasi nyata pada laporan audit. Partisipasi didalam audit membantu memecahkan berbagai permasalahan dan mengordinasikan tindakan korektif.Seluruh keberhasilan diatas tergantung pada kredibilitas auditor atas kekejujuran.
BAB III
KESIMPULAN
Audit merupakan salah satu bidang kajian akuntansi. Dalam audit tidak hanya dibicarakan tentang teknik – teknik audit tetapi juga bagaimana auditor mengambil kebijakan untuk menentukan suatu fakta. Sering kali, pertimbangan – pertimbangan yang diambil oleh auditor menjadi penentu dalam memutuskan suatu masalah, terutama dalam hal menetapkan pendapat. Untuk itu, sikap, persepsi, dan perilaku menjadi acuan dalam pembahasan mengenai pertimbangan seorang auditor, baik auditor internal maupun eksternal.
No comments:
Post a Comment
komunikasi
email: choirulalfa77@gmail.com