Apa yang anda butuhkan sobat

Friday, April 5, 2019

MAKALAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN. Yuk kepoin

COVER
MAKALAH
AKUNTANSI KEPERILAKUAN


PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2019


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini berjudul “AKUNTANSI SOSIAL” yang diajukan guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi Keperilakuan.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang ikut berkontribusi dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat waktu dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Akuntansi Keperilakuan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan kontribusi bagi semula pihak.
Semarang, April 2019
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Akuntansi Sosial
2.2. Latar Belakang Sejarah
2.3. Permasalahan Sosial Indonesia
2.4. Tanggapan Perusahaan
2.5. Akuntansi untuk Manfaat dan Biaya Sosial
2.6. Pelaporan Kinerja Sosial
2.7. Arah Riset
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pergeseran filosofis pengelolaan organisasi entitas bisnis yang mengalami perubahan dari pandangan manajemen klasik ke manajemen modern khususnya di beberapa negara industri seperti Amerika dan Eropa telah melahirkan sebuah orientasi baru tentang tanggung jawab perusahaan. Pandangan Manajemen klasik tentang tanggung jawab perusahaan yang hanya beorientasi kepada pemilik modal dan kreditur dengan mencapai tingkat laba maksimum telah bergeser dengan adanya konsep Manajemen modern, dimana orientasi perusahaan dalam mencapai laba maksimum perlu dihubungkan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kearah keseimbangan antara tuntutan para pemilik perusahaan, kebutuhan para pegawai, pelanggan, pemasok, lingkungan dan juga masyarakat umum, karena menurut pandangan Manajemen modern perusahaan dalam menjalankan operasionalnya harus berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan sumber-sumber ekonomi yang digunakan oleh perusahaan semuanya berasal dari lingkungan sosial dimana perusahaan itu berada. Oleh karena itu perusahaan sebagai organisasi bisnis harus mampu merespon apa yang dituntut oleh lingkungan sosialnya, sehingga entitas bisnis dan entitas sosial dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi untuk kepentingan bersama.
Seiring dengan perkembangan konsep manajemen tersebut, para akuntan juga membicarakan bagaimana permasalahan tanggung jawab sosial ini dapat diadaptasikan dalam ruang lingkup akuntansi, sehingga tujuan utama pelaporan keuangan guna memberikan infromasi kepada para pemegang saham dan kreditur menjadi ikut bergeser pula kearah kecenderungan bahwa perlunya pelaporan yang bersifat dari luar organisasi perusahaan (externality) dalam rangka memberikan informasi kepada beberapa kelompok orang luar yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa ide dasar yang melandasi perlunya dikembangkan akuntansi sosial (Social Accounting), secara umum sebenarnya adalah tuntutan terhadap perluasan tanggung jawab perusahaan.
Beberapa contoh konkrit yang dapat dianggap sebagai externality, antara lain seperti melaporkan jumlah karyawan, jaminan kesehatan, informasi tentang upaya pencegahan pencemaran lingkungan, standar kualitas, pengepakan produk ramah lingkungan, penyaluran beasiswa pendidikan, kesempatan magang, pelatihan kerja bagi mahasiswa, dan kepedulian sosial kepada masyarakat sekitar industri. Permasalahan penting lainnya yang menjadi isu dikalangan para akuntan sehubungan externalily adalah mengenai seberapa jauh perusahaan harus bertanggung jawab terhadap sosial ekonomi seluruhnya, dan bagaimana perlakuan akuntansi yang tepat untuk menggambarkan transaksi yang terjadi antara perusahaan dengan lingkungan sosialnya tersebut.
Berangkat dari berkembangnya tuntutan dan kesadaran tanggungjawab sosial perusahaan, pro dan kontra terhadap konsep akuntansi sosial, dan pengembangan akuntansi sosial di Indonesia, makalah ini akan membahas mengenai perlunya memahami aspek perilaku dalam akuntansi sosial dan hal-hal lain yang berkaitan seperti laporan pertanggungjawaban sosial dan lingkungan, bentuk laporan pertanggungjawaban sosial dan lingkungan, dan penerapannya di Indonesia. Aspek prilaku dalam akuntansi sosial dan hal-hal yang berkaitan tersebut tidak hanya bermanfaat bagi stakeholders, tetapi juga bagi perusahaan. Karena semakin pentingnya laporan ini maka selayaknya mendapatkan perhatian dari pemerintah. Selama ini belum banyak pengaturan yang dilakukan oleh pemerintah. Pengaturan yang dilakukan hanya bersifat persuasif. Oleh karena itu, pada makalah ini akan membahas tentang “Akuntansi Sosial”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana aspek perilaku pada akuntansi sosial?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah “mengetahui aspek perilaku pada akuntansi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
Akuntansi sosial didefinisikan sebagai “penyusunan, pengukuran, dan analisis terhadap konsekuensi – konsekuensi sosial dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan pemerintah dan wirausahawan”. Dalam hal ini, akuntansi sosial berarti identifikasi, mengukur dan melaoprkan hubungan antara bisnis dan lingkungannya. Lingkungan bisnis meliputi sumber daya alam, komunitas dimana bisnis tersebut beroperasi, orang – orang yang dipekerjakan, pelanggan, pesaing, dan perusahaan serta kelompok lain yang berurusan dengan bisnis tersebut. Proses pelaporan dapat bersifat baik internal maupun eksternal. Model – model akuntansi dan ekonomi tradisional berfokus pada produksi dan distribusi barang dan jasa kepada masyarakat. Akuntansi sosial memperluas model ini dengan memasukkan dampak – dampak dari aktivitas perusahaan terhadap masyarakat. Akuntansi sosial berkepentingan dengan identifikasi dan pengukuran manfaat sosial dan biaya sosial “konsep yang biasanya diabaikan oleh para akuntan tradisional”.
Untuk memahami perkembangan akuntansi sosial, seseorang harus mengetahui bagaimana manfaat dan biaya sosial telah diperlakukan dimasa lalu. Model akuntansi dasar baik untuk tujuan keuangan dan manajerial, menggunakan teori ekonomi mikro untuk menentukan apa yang harus dimasukkanatau dikeluarkan dari perhitungan akuntansi. Dengan menetapkan undang-undang dibidang ini, pemerintah memaksa individu dan para pelaku bisnis untuk menjadi lebih responsive terhadap kebutuhan sosial. Walaupun pelaksanaan undang-undang ini cenderung lemah, fakta bahwa undang-undang tersebut ada dan mengenakan sanksi mendorong kepatuhan. Secara bertahap, undang-undang tersebut telah membawa dampak positif, terdapat banyak  perusahaan yang peka akan lingkungan. Hal ini tampak dari munculnya akun-akun yang terkait dengan kegiatan sosial pada laporan-laporan keuangannya.
Pengertian Akuntansi Sosial
Akuntansi Sosial sering juga disebut Akuntansi Lingkungan ataupun Akuntansi Sosial Ekonomi, oleh Belkoui (2000), yang diterjemahkan Ramanathan, didefinisikan sebagai proses seleksi variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur pengukuran; yang secara sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan.
Sedangkan menurut Haniffa (2002), Akuntansi sosial mengidentifikasi, menilai dan mengukur aspek penting dari kegiatan sosial ekonomi perusahaan dan negara dalam memelihara kualitas hidup masyarakat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkannya.
Menurut Sahid (2002), ada beberapa pengertian akuntansi lingkungan atau akuntansi sosial, ada pengertian yang luas dan ada pula pengertian yang sempit. Dalam pengertian yang luas dalam himpunan istilah lingkungan untuk manajemen (Handry Satriago), akuntansi lingkungan merupakan proses akunting yang:
Mengenali, mencari, dan kemudian mengurangi efek-efek lingkungan negatif dari pelaksanaan praktik laporan yang konvensional;
Mengenali secara terpisah biaya-biaya dan penghasilan yang berhubungan dengan lingkungan dalam sistem laporan yang konvensional;
Mengambil langkah-langkah aktif untuk menyusun inisiatif-inisiatif untuk memperbaiki efek-efek lingkungan yang timbul dari praktik-praktik pelaporan konvensional;
Merencanakan bentuk-bentuk baru sistem laporan finansial dan non finansial, sistem informasi dan sistem pengawasan untuk lebih mendukung keputusan manajemen yang secara lingkungan tidak berbahaya;
Mengembangkan bentuk-bentuk baru dalam pengukuran kinerja, pelaporan, dan penilaian untuk tujuan internal dan eksternal;
Mengenali, menguji, mencari dan memperbaiki area-area dimana kriteria finansial konvensional dan kriteria lingkungan bertentangan;
Mencoba cara-cara dimana sistem berkelanjutan dapat dinilai dan digabungkan menjadi kebiasaan yang berhubungan dengan organisasi.
Dalam pengertian sempit, sebagaimana dikemukakan dalam Natural Resource Accounting, salah satu dokumen INTOSAI Working Group on Environtmental Auditing menyatakan bahwa “akuntansi lingkungan sebagai kompilasi data lingkungan dalam kerangka kerja akuntansi” (Sahid, 2002).
Jadi secara umum akuntansi sosial didefinisikan sebagai penyusunan, pengukuran, dan analisis terhadap konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan pemerintah dan wirausahawan.
Dari definisi-definisi tersebut dapat dilihat bahwa akuntansi sosial memberikan gambaran mengenai interaksi dari aktivitas perusahaan terhadap lingkungan sosialnya. Akuntansi sosial juga memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja sosial dari perusahaan.
Latar Belakang Sejarah
Akuntansi sosial berkepentingan dengan identifikasi dan pengukuran manfaat sosial dan biaya sosial konsep yang biasanya diabaikan oleh para akuntan tradisional. Untuk memahami perkembangan akuntansi sosial, seseorang harus mengetahui bagaimana manfaat dan biaya sosial telah diperlakukan dimasa lalu.
Model akuntansi dasar (baik untuk tujuan keuangan dan manajerial) menggunakan teori ekonomi mikro untuk menentukan apa yang harus dimasukkan atau dikeluarkan dari perhitungan akuntansi.
Dengan menetapkan undang-undang dibidang ini, pemerintah memaksa individu dan para pelaku bisnis untuk menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan sosial. Walaupun pelaksanaan undang-undang ini cenderung lemah, fakta bahwa undang-undang tersebut ada dan mengenakan sanksi mendorong kepatuhan. Secara bertahap, undang-undang tersebut telah membawa dampak positif. Terdapat banyak perusahaan yang peka akan lingkungan. Hal ini tampak dari munculnya akun-akun yang terkait dengan kegiatan sosial pada laporan-laporan keuangannya.
Permasalahan Sosial Indonesia
Jika dilihat dari kondisi Indonesia pada saat ini, krisis yang berkepanjangan telah menempatkan bangsa ini pada krisis multi dimensi yang mencakup hampir seluruh aspek kehidupan. Jika dilihat secara lebih seksama dari sudut pandang aspek ekonomi, sendi-sendi perekonomian (investasi, produksi, dan distribusi) lumpuh sehingga menimbulkan kebangkrutan dunia usaha, meningkatnya jumlah pengangguran, menurunnya pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat, dan pada akhirnya bermuara pada meningkatnya angka jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan. Dengan tingginya suku bunga yang mencapai 60  persen pada puncak krisis saat itu, sangat sulit bagi sektor perbankan untuk menyalurkan kredit. Hal ini semakin dipersulit dengan ketaknya aturan likuiditas di sektor perbankan sebagai akibat dari akumulasi kredit macetbank-bank bermasalah, yang mendorong pemerintah melakukan likuiditas, restrukturisasi, dan rekapitalisasi perbankan.
Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia mengakibatkan timbulnya berbagai hal yang tidak pasti, sehingga indikator-indikator ekonomi seperti tingkat suku bunga, laju inflasi, fluktuasi nilai tukar rupiah, indeks harga saham gabungan, dan sebagainya sangat rentan terhadap masalah-masalah sosial. Hal ini membuktikan bahwa aspek sosial dan aspek politik dapat mengundang dua sentimen pasar yang bermuara pada instabilitas ekonomi. Kondisi seperti ini tentunya berdampak sangat buruk  bagi peta bisnis dan iklim investasi di Indonesia, terutama untuk mendapatkan kepercayaan investor asing untuk menanamkan modalnya di indonesia. Upaya – upaya pemerintah untuk meyakinkan dunia internasional dan stablitas sosial, politik, dan keamanan belum menunjukkan tanda-tanda yang berarti karena tidak di dukung oleh data dan fakta yang sebenarnya. Bahkan, para investor asing  berencana untuk melakukan realokasi bisnis dan investasinya ke negara-negara Asia tenggara lainnya seperti Vietnam, thailand, dan kamboja yang di anggap lebih kondusi untuk investasi.
Terdapat dua hal yang menjadi kendala sulitnya penerapan akuntansi sosial di Indonesia, yaitu (1) lemahnya tekanan sosial yang menghendaki pertanggungjawaban sosial perusahaan, dan (2) rendahnya kesadaran perusahaan di Indonesia tentang pentingnya pertanggung jawaban sosial. Perkembangan lingkungan bisnis yang demikian pesat saat ini telah mendorong perusahaan-perusahaan di Indonesia menuju kearah kesadaran akan pentingnya pertanggungjawaban sosial, sehingga perlu dianalisis kembali penerapan akuntansi sosial dalam situasi dan kondisi perekonomian Indonesia sekarang ini.
Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, akuntansi berfungsi untuk memberikan informasi untuk pengambilan keputusan dan pertangungjawaban. Selama ini, laporan keuangan hanya difokuskan kepada kepentingan investor dan kreditor sebagai pemakai utama laporan keuangan. Selama ini perusahaan hanya menyampaikan informasi mengenai hasil operasi keuangan perusahaan kepada pemakai, tetapi mengabaikan eksternalitas dari operasi yang dilakukannya, misalnya polusi udara, pencemaran air, pemutusan hubungan kerja, dan lainnya. Akhir-akhir ini banyak sekali ditemukan berita di surat kabar, televisi mengenai dampak operasi perusahaan yang tidak memperhatikan lingkungan di mana mereka beroperasi.
Contoh-contoh Permasalahan Sosial pada Dunia Bisnis di Indonesia
No.
Contoh Kasus
Lokasi
Permasalahan Sosial
1.
PT. Inti Indorayon Utama
Porsea, Prov. Sumatera Utara
Dihentikan operasinya karena masalah lingkungan dan masalah kemasyaratan di sekitar industri tersebut.
2.
PT. Exxon Mobil
Lhokseumawe, Aceh Utara, Prov. DI Aceh.
Menghentikan kegiatan produksi karena faktor stabilitas ekonomi.
3.
PT. Ajinamoto Indonesia
Prov. DKI Jakarta
Penarikan distribusi dan penghentian aktivitas produksi karena masalah sertifikasi halal oleh MUI.
4.
Beberapa perusahaan kertas di Riau.
Prov. Riau
Mendapatkan protes dari masyarakat setempat sehubungan dengan masalah limbah industri dan pencemaran lingkungan.
5.
PT. Maspion Indonesia
Sidoarjo, Surabaya, Prov. Jawa Timur
Permasalahan demonstrasi buruh dan masalah kesejahteraan karyawan.
6.
PT. Telkom Indonesia
Divre IV, Prov. Jawa Tengah dan  DIY
Serikat karyawan PT. Telkom menolak penjualan Divre IV kepada PT. Indosat.
7.
PT. BCA
Prov. DKI Jakarta
Serikat pekerja menolak divestasi saham BCA.
8.
PT. Kereta Api Indonesia
Prov. DKI Jakarta
Serikat pekerja menolak kembalinya dewan direksi lama karena dianggap bertanggung jawab atas beberapa kasus kecelakaan kereta api yang terjadi di Indonesia.
9.
Bank Internasional Indonesia.
Prov. DKI Jakarta
Tuntunan karyawan atas peningkatan gaji, upah, dan kesejahteraan pekerja.
10.
PT. Gudang Garam
Kediri, Prov. Jawa Timur
Mogok kerja  massal karena karyawan menuntut perbaikan gaji dan kesejahteraan pekerja.
Sumber : Lubis I.A, 2010 Dalam Kholis, 2002, “Masalah Sosial dalam Akuntansi Bisnis di  Indonesia”, Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi, Vol.2, No.3, Desember.
Tanggapan Perusahaan
Sebelum tahun 1960-an, beberapa perusahaan telah dianggap sebagai “warga Negara yang baik”. Perusahaan-perusahaan tersebut memperoleh reputasi ini dengan menghasilkan produk-produk berkualitas, memperlakukan pekerja dengan rasa hormat, memberikan kontribusi kepada komunitas, atau membantu fakir miskin. Sejak tahun 1960-an, banyak perusahaan lain yang sebelumnya terkenal akan kepekaannya terhadap kebutuhan sosial menjadi lebih responsif lagi secara sosial. Manajemen mungkin telah menyadari bahwa perusahaan mereka merupakan bagian dari komunitas; bahwa agar perusahaan dapat bertahan hidup, komunitas harus menjadi tempat yang sehat untuk hidup dan bekerja; erta bahwa orang-orang membutuhkan jaminan keuangan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan. Demikian pula, dengan menjadi responsif terhadap kebutuhan sosial adalah hubungan masyarakat yang baik dan kemungkinan besar akan menguntungkan dalam jangka panjang.
Dipihak lain, banyak perusahaan dan asosiasi industri berperang untuk mengubah peraturan pemerintah yang baru atau mencoba untuk menguranginya melalui ketidakpatuhan. Dalam kasus ini, manajemen mungkin merasa bahwa beberapa dari peraturan tersebut, seperti undang-undang perlindungan lingkungan, akan memiliki dampak ekonomi negatif terhadap perusahaan mereka karena biaya untuk mematuhi undang-undang tersebut jika tidak sesuai dengan manfaatnya.
Secara keseluruhan, tingkat tanggung jawab sosial yang diterima oleh perusahaan memerlukan keputusan yang aktif. Manajemen harus memutuskan seberapa banyak polusi yang akan dihasilkan dan seberapa banyak yang akan dibersihkan, siapa yang akan direkrut, seberapa baik kondisi kerja akan ditingkatkan, dan seberapa banyak sumbangan yang akan diberikan kepada kegiatan sosial. Jika manajemen menerima tanggung jawab sosial semata-mata demi laba jangka pendek, tidak mungkin bahwa suatu perusahaan akan melakukan lebih dari apa yang diharuskan oleh undang-undang. Filosofi manajerial adalah faktor utama dalam menentukan hubungan bisnis adalah komunitasnya.
Tanggapan Profesi Akuntan
Walaupun para akademisi dan praktisi akuntansi telah membahas bagamana profesi mereka dapat memberikan kontribusi pada tangung jawab sosial perusahaan sebelum terjadinya gerakan pada tahun 1960-an. Kemajuan utama dalam bidang ini  di buat sejak akhir tahun 1960-an dengan di berlakunya undang-undang yang menetapkan program -program sosial pemerintah, beberapa akuntan merasa bahwa mereka sebaiknya menggunakan keahlian mereka untuk mengukur efektivitasdari program tersebut. Lebih lanjut lagi, sesorang perlu mengukur ingkat respons perusahaan terhadap keprihatinan yang di suarakan pada tahun 1960-an. Dengan demikian lahirlah akuntansi sosial.
Secara ringkas, literatur awal dari akuntansi sosial menyatakan bahwa para akuntan diperlukan untuk menghasilkan data mengenai tanggung jawab perusahaan dan bahwa ada pihak-pihak lain yang berkepentingan (selain perusahaan) yang akan tertarik dengan data-data ini. Litertur awal iini, bahkan tidak berkaitan dengan identifikasi pengukuran, dan pelaporan data-data sosial.
Selanjutnya, literatur tersebut mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi soaial, ttermasuk skema pelaporan dan audit sosial aktual. Meskipun terdapat pekerjaan utama dalam identifikasi dan pelaporan data akuntansi sosial, bidang – bidang tersebut masih berada dalam tahap sangat awal. Akuntansi sosial tidak diterima secara universal sebagai suatu bidang oleh para akademisi atau praktisi, dan tidak semua orang percaya bahwa perusahaan harus menghasilkan data akuntansi sosial.
Akuntansi untuk Manfaat dan Biaya Sosial
Dasar bagi kebanyakan teori akuntansi sosial datang dari analisis yang dilakukan oleh A.C. Pigou terhadap biaya dan manfaat sosial. A.C. Pigou adalah seorang ekonom neo-klasik yang memperkenalkan pemikiran mengenai biaya dan manfaat sosial kedalam ekonomi mikro pada tahun 1920. Titik pentingnya adalah bahwa optimalitas Pareto (titik dalam ekonomi kesejahteraan dimana adalah mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang tanpa mengurangi kesejahteraan dari orang lain) tidak dapat dicapai selama produk sosial neto dan produk pribadi neto tidak merata. Tetapi, mungkin bahwa masyarakat sebagai satu-kesatuan menerima manfaat dari produk tersebut yang bahkan lebih besar lagi. Pigou menyebut seluruh manfaat dari produksi suatu poduk tanpa memedulikan siapa yang menerimanya sebagai manfaat sosial. Perbedaaan antara manfaat sosial dengan manfaat pribadi (manfaat sosial yang tidak dibagi) dapat dibagi menjadi ekonomi eksternal dan elemen surplus konsumen.
Suatu analisis yang serupa dapat dibuat dalam hal biaya. Bagi Pigou, biaya sosial terdiri atas seluruh biaya untuk menghasilkan suatu produk, tanpa mempedulikan siapa yang membayarnya. Biaya yang di bayarkan oleh produsen disebut sebagai biaya pribadi. Selisih antara biaya sosial dan biaya pribadi (disebut sebagai “biaya sosial yang tidak dikompensasikan”) dan disebabkan oleh banyak faktor. Suatu perusahaan yang menimbulkan polusi mengenakan biaya kepada masyarakat, tetapi perusahaan tersebut tidak membayar biaya tersebut kepada masyarakat. Hal ini disebut dengan non-ekonomi eksternal. Suatu situasi dimana seorang pekerja menderita sakit akibat pekerjaannya dan tidak memperoleh kompensasi penuh dapat dianggap sebagai suatu eksploitasi terhadap faktor produksi.
Menurut Pigou, optimalitas Pareto hanya dapat dicapai jika manfaat sosial marginal sama dengan biaya sosial marginal. Perbedaan antara Pigou dengan model ekonomi tradisional- dimana pendapatan marginal setara dengan biaya marginal berasal dari perbedaan antara manfaat sosial dan pribadi dengan biaya sosial dan pribadi. Jika perbedaan neto antara kedua kelompok biaya dan manfaat tersebut adalah nol, maka tidak ada perbedaan antara teori Pigou dan teori ekonomi tradisional.
Dengan demikian, ketika akuntan mengukur manfaat pribadi (pendapatan) dan biaya pribadi (beban) serta mengabaikan yang lainnya, mereka bersikap konsisten dengan teori ekonomi tradisional. Gerakan kearah akuntansi sosial, sebagian besar terdiri dari usaha-usaha untuk memasukkan biaya sosial dan biaya sosial yang tidak terbagi kedalam model akuntansi.
Teori Akuntansi Sosial
Berdasarkan analisis Pigou dan gagasan mengenai suatu “kontrak sosial”, K.V.Ramanathan (1976) mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi atas biaya dan manfaat sosial. Perusahaan memiliki sutau kontrak tidak tertulis untuk enyediakan manfaat neto untuk masyarakat. Manfaat neto adalah selisih antara kontribusi suatu perusahaan tersebut kepada masyarakat dengan kerugian yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut terhadap masyarakat.
Terdapat dua masalah utama dengan pendekatan Ramanathan. Pertama, untuk menentukan kontribusi neto kepada masyarakat, beberapa jenis sistem nilai harus ditentukan. Bagaimana entitas tersebut menentukan apa yang merupakan kontribusi atau apa yang merupakan kerugian bagi masyarakat?. Beberapa kerugian seperti polusi secara universal dibenci dan memasukkannya dalam suatu laporan akuntansi dan dibenarkan dengan relatif mudah. Akan tetapi, evaluasi pos-pos lain dapat bergantung pada keyakinan manajemen.
Masalah utama kedua berkaitan dengan pengukuran. Adalah teramat sulit untuk menguantifikasi jumlah pos yang akan dimasukkan dalam laporan kontribusi neto kepada masyarakat.
Pengukuran
Salah satu alasan utama dari lambatnya kemajuan akuntansi sosial adalah kesulitan dalam mengukur kontribusi dan kerugian. Proses tersebut terdiri atas tiga langkah, yaitu :
Menentukan apa yang menyusun biaya dan manfaat sosial.
Mencoba untuk menguantifikasi seluruh pos yang relevan.
Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.
Menetukan Biaya dan Manfaat Sosial
Cara untuk mengidentifikasi asal dari biaya dan manfaat sosial adalah dengan memeriksa proses distribusi dan produksi perusahaan individual guna mengidentifikassi bagaimana kerugian dan kontribusi serta menentukan bagaimana hal itu terjadi. Jika satu bagian dari proses produksi dan distribusi diperiksa – mungkin ditemukan produk sampingan yang negative diciptakan bersama-sama dengan produk yang berguna.
Kuantifikasi terhadap Biaya dan Manfaat
Ketika aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dari kerugian serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka dampak pada manusia dapat dihitung. Untuk mengukur suatu kerugian dibutuhkan informasi mengenai variabel-variabel utama, yaitu waktu dan dampak.
Waktu
Beberapa peristiwa yang menghasilkan biaya sosial membutuhkan waktu beberapa tahun untuk menimbulkan suatu akibat. Dalam hal pengukuran, adalah penting untuk menentukan lamanya waktu tersebut. dampak jangka panjang sebaiknya diberikan bobot yang berbeda dengan dampak jangka pendek.
Dampak
Orang-orang dapat dipengaruhi secara ekonomi, fisik, psikologis, dan sosial oleh berbagai kerugian. Untuk mengukur biaya sosial tersebut adalah perlu untuk mengidentifikasikan kerugian-kerugian tersebut dan menguantifikasikannya. Biaya-biaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai kerugian ekonomi, fisik, psikologis, atau sosial.
Kerugian ekonomi
Biaya-biaya ini meliputi tagihan pengobatan dan rumah sakit yang tidak dikompensasi, hilangnya produktivitas, dan hilangnya pendapatan yang diderita oleh pekerja. Jelaslah, perhitungan ganda atas hilangnya pendapatan dan produktivitas harus duhindari.
Kerugian fisik
Menghitung nilai dari kehidupan atau kesehatan manusia adalah hal yang sulit untuk dilakukan, tetapi seringkali dicoba dalam analisis biaya-manfaat yang tradisional.
Kerugian psikologis
Kerugian-kerugian ini juga sulit untuk dikuantifikasi dan harus didiskontokan pada tingkat bunga yang sesuai.
Kerugian sosial
Dalam keluarga pekerja, perubahan peran dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit tersebut. keluarga tersebut dapat menjadi begitu trauma sehingga terjadi perpecahan. Nilai sekarang dari seluruh dampak ini bagaimanapun juga harus dihitung.
Pelaporan Kinerja Sosial
Kerangka kerja akuntansi sosial belum secara penuh dikembangkan dan terdapat masalah pengukuran yang serius mengenai biaya dan manfaat. Meskipun demikian, sejumlah penulis telah menyarankan agar perusahaan melaporkan kinerja akuntansi sosialnya baik secara internal maupun secara eksternal. Pendekatan-pendekatan tersebut meliputi :
Audit Sosial
Audit sosial yaitu mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari program-program yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan yang mengikuti peraturan. Mulanya, manajer perusahaan diminta membuat daftar aktivitas dengan konsekuensi sosial. Setelah daftar tersebut dihasilkan, auditor sosial kemudian menilai dan mengukur dampak-dampak dari kegiatan sosial perusahaan. Audit sosial dilaksanakan secara rutin oleh kelompok konsultan internal maupun eksternal, sebagai bagian dari pemeriksaan internal biasa, sehingga manajer mengetahui konsekuensi sosial dari tindakan mereka.
Laporan-Laporan Sosial
Laporan eksternal terpisah yang menggambarkan hubungan perusahaan dengan komunitasnya, dikembangkan salah satunya oleh David Linowes. Ia membagi laporannya dalam tiga kategori: hubungan dengan manusia, hubungan dengan lingkungan, dan hubungan dengan produk. Pada setiap kategori, ia membuat daftar mengenai konstribusi sukarela perusahaan dan kemudian mengurangkannya dengan kerugian yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan itu. Linowes memoneterisasi segala sesuatunya dalam laporan tersebut, sampai pada saldo akhir, yang disebutnya sebagai tindakan sosio-ekonomi netto untuk tahun tersebut. Dalam laporan Linowes, seluruh kontribusi dan kerugian harus dihitung secara moneter. Selain Linowes, Ralph Estes juga mengembangkan suatu model pelaporan mengenai manfaat dan biaya sosial. Ia menghitung manfaat sosial sebagai seluruh kontribusi kepada masyarakat yang berasal dari operasi perusahaan (misalnya, lapangan kerja yang disediakan, sumbangan, pajak, perbaikan lingkungan). Sedangkan biaya sosial, meliputi seluruh biaya operasi perusahaan (bahan baku yang dibeli, utang kerusakan lingkungan, luka-luka dan penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan). Manfaat sosial dikurangkan dengan biaya social untuk memperoleh manfaat atau biaya netto.
Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
Beberapa perusahaan menerbitkan laporan tahunan kepada pemegang saham disertai beberapa informasi sosial yang dilakukan. Namun, melalui informasi yang dicantumkan dalam laporan tahunan tersebut, belum dapat dinilai kinerja sosial perusahaan secara komprehensif, karena kebanyakan informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan bersifat sukarela dan selektif. Dalam artian, bisa jadi perusahaan hanya menyoroti kontribusi positifnya dan mengabaikan dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas usahanya.
Arah Riset
Riset dalam akuntansi sosial telah cukup ekstensif dan berfokus pada berbagai subjek yang berkisar dari pengembangan kerangka kerja teoritis sampai mensurvey pengguna potensial dari data akuntansi sosial bagi investor. Studi mengenai kegunaan informasi sosial bagi investor dapat dibagi menjadi dua bidang utama, yaitu :
Survey atas investor potensial.
Pengujian empiris terhadap dampak pasar dari pengungkapan akuntansi sosial.
Studi mengenai reaksi pasar modal terhadap pengungkapan informasi sosial menyarankan agar investor menyesuaikan perkiraan mereka terhadap pengungkapan informasi akuntansi sosial. Tidak terdapat kesimpulan yang jelas dari riset mengenai hubungan antara kinerja sosial, kinerja ekonomi, dan pengungkapan sosial.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Walaupun dimensi-dimensi akuntansi sosial masih banyak menyimpan berbagai permasalahan, namun hal tersebut ukan merupakan alasan utama untuk tidak meneruskan pencarian-pencarian penting untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Aspek keperilakuan, investor, akan sangat menentukan perkembangan akuntansi sosial dimasa akan datang. Terlepas dari itusemua, akuntansi sosial telah menjadi salah satu cabang akuntansi yang mencoba untuk menguraikan dampak dari berdirinya suatu entitas bisnis, baik bagi lingkungan internalnya maupun eksternalnya.
Saran
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih  terdapat banyak kekurangan baik dari sisi penulisan maupun penggunaan bahasa. Oleh karena itu, penulis menerima kritik yang dapat membangun motivasi penulis dalam langkah penyempurnaan makalah ke depannya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA


Ikhsan, Arfan; Ishak, Muhammad. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta : Salemba Empat

No comments:

Post a Comment

komunikasi
email: choirulalfa77@gmail.com

MAKALAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN. Yuk kepoin

COVER MAKALAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEMARANG 2019 KATA...

Choirulalfa.blogspot.com